Oleh : Sudianto Aditya_ijho
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Sebelum kita membicarakan tentang perilaku kesehatan, terlebih dahulu
akan dibuat batasan tentang perilaku itu sendiri. Perilaku dari
pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya
adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu,
perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup
berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan
kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan
emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka
analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh
organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak
langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan
organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan
lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan
lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk
perilaku manusia.
- Tujuan
Adapun tujuan dari pada pembuatan makalah ini antara lain :
- Memahami determinan prilaku
- Mengetahui beberapa teori yang berhubungan dengan determinan perilaku
- Mengetahui factor yang mempengaruhi prilaku seseorang maupun masyarakat
- Menjelaskan tentang teori perubahan prilaku.
BAB II
DETERMINAN PERILAKU
- Konsep Umum
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada
hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab
itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup
berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan
kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan
emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka
analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh
organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak
langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan
organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan
lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan
lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk
perilaku manusia.
Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yakni :
- aspek fisik
- aspek psikis
- aspek social.
Perilaku
manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti
pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi sikap dan
sebagainya.
Gejala kejiwaan ditentukan oleh berbagai factor diantaranya :
- factor prngalaman
- keyakinan
- sarana fisik
- sosio budaya masyarakat.
- Teori yang berhubungan dengan determinan perilaku.
- Teori Laurence Green
Green
menganalisis prilaku manusia dari tingkat kesehatan. Menurut Green
kesehatan individu maupun masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
- Factor perilaku (behaviour cause)
Prilaku dibentuk oleh 3 faktor antara lain :
- Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
- Faktor-faktor pendukung ( enebling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
- Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Model ini dapat digambar sebagai berikut :
B = f (PF,EF,RF)
Dimana :
B = behaviour
PF = predisposing factors
EF = enebling factors
RF = reinforcing factors
f = fungsi
Disimpulkan
bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan
oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang
atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan
fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan
juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Seseorang
yang tidak mau mengimunisasikan anaknya di posyandu dapat disebabkan
karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi
anaknya. (predisposing factor)
Atau barangkali juga karena rumahnya jauh dari posyandu atau puskesmas tempat mengimunisasikan anaknya ( enebling factor).
Sebab
lain, mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lain
disekitarnya tidak pernah mengimunisasikan anaknya ( reinforcing
factors).
- Factor diluar perilaku (non-behaviour cause)
- Teori Snehandu B. Kar
Kar menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari :
- Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behaviour intention)
- Dukungan social dari masyarakat sekitarnya (social-support)
- Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan ( accessibility of information)
- Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy)
- Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation).
Uraian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
B = f (BI, SS, AL, PA, AS)
Dimana :
B = behaviour
f = fungsi
BI = behaviour intention
SS = social support
AI = accessibility of information
PA = personal autonomy
AS = action situation.
Seorang
ibu yang tidak mau ikut KB, mungkin karena ia tidak ada minat dan niat
terhadap KB (behaviour intention), atau barangkali juga karena tidak ada
dukungan dari masyarakat sekitarnya ( social support). Mungkin juga
karena kurang atau tidak memperoleh informasi yang kuat tentang KB
(accessibility of information), atau mungkin ia tidak mempunyai
kebebasan untuk menentukan, misalnya harus tunduk kepada suaminya,
mertuanya atau orang lain yang ia segani 9personal autonomy). Factor
lain yang mungkin menyebabkan ibu ini tidak ikut KB adalah karena
situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya alasan kesehatan
(action situation)
- Teori WHO
Tim kerja dari WHO mengenalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berprilaku tertentu karena adanya 4 alasan pokok. yaitu :
- Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.
- Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain.
- Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
- Nilai (value).
Pemikiran
dan perasaan (thoughts and felling), yakni dalambentuk pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian
seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan).
- Pengetahuan
Pengetahuan
diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang
anak memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas setelah memperoleh
pengetahuan bahwa api itu panas setelah memperoleh pengalaman, tangan
atau kakinya kena api. Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah
melihat anak tetangganya kena penyakit polio sehingga cacat, karena
anak tetangganya tersebut belum pernah memperoleh imunisasi polio.
- Kepercayaan
Kepercayaan
sering di peroleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima
kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu. Misalnya wanita hamil tidak boleh makan telur agar
tidak kesulitan waktu melahirkan.
- Sikap
Sikap
mengambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling
dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau
objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu
terwujud dalam suatu tindakan yang nyata. Hal ini disebabkan oleh
beberapa alasan yang telah disebutkan diatas.
- Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. Misalnya, seorang ibu yang anaknya sakit, segera ingin membewanya ke puskesmas, tetapi pada saat itu tidak mempunyai uang sepeserpun sehingga ia gagal membawa anaknya ke puskesmas.
- Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain. Seorang ibu tidak mau membawa anaknya yang sakit keras kerumah sakit, meskipun ia mempunyai sikap yang positif terhadap RS, sebab ia teringat akan anak tetangganya yang meninggal setelah beberapa hari di RS.
- Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. Seorang akseptor KB dengan alat kontrasepsi IUD mengalami perdarahan. Meskipun sikapnya sudah positif terhadap KB, tetapi ia kemudian tetap tidak mau ikut KB dengan alat kontrasepsi apapun.
- Nilai (value). Di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat. Misalnya, gotong royong adalah suatu nilai yang selalu hidup di masyarakat.
- Orang penting sebagai referensi
Perilaku
orang lebih-lebih prilaku anak kecil, lebih banyak dipengaruhi oleh
orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting
untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuatan cenderung untuk
dicontoh. Untuk anak-anak sekolah misalnya, maka gurulah yang menjadi
panutan perilaku mereka. Orang-orang yang dianggap penting ini sering
disebut kelompok referensi (reference group), antara lain guru, para
ulama, kepala adapt (suku), kepala desa, dan sebagainya.
- Sumber-sumber daya (resource)
Sumber
daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya.
Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau sekelompok
masyarakat. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat
positif maupun negative. Misalnya pelayanan puskesmas, dapat berpengaruh
positif terhadap perilaku penggunaan puskesmas tetapi juga dapat
berpengaruh sebaliknya.
- Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.
Kebudayaan
ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu
masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik lambat ataupun
cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia. Kebudayaan atau pola hidup
masyarakatdi sini merupakan kombinasi dari semua yang telah disebutkan
diatas.
Perilaku
yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan, dan selanjutnya
kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini.
Perilaku
yang sama diantara beberapa orang dapat disebabkan oleh sebab atau
latarbelakang yang berbeda-beda. Misalnya, alasan masyarakat tidak mau
berobat kepuskesmas. Mungkin karena tidak percaya terhadap puskesmas,
mungkin takut pada dokternya, mungkin tidak tahu fungsinya puskesmas,
dan lain sebagainya.
Secara sederhana dapat diilustrasikan sebagai berikut :
B = f (TF, PR, R, C)
Di mana :
B = behaviour
f = fungsi
TF = thoughts and feeling
PR = personal reference
R = resources
C = culture
Disimpulkan
bahwa prilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan oleh
pemikiran dan perasaan seseorang, adanya orang lain yang dijadikan
referensi dan sumber-sumber atau fasilitas-fasilitas yang dapat
mendukung perilaku dan kebudayaan masyarakat. Seseorang yang tidak mau
membuat jamban keluarga, atau tidak mau buang air besar dijamban,
mungkin karena ia mempunyai pemikiran dan perasaan yang tidak enak kalau
buang air besar dijamban (thought and feeling). Atau barangkali karena
tokoh idolanya juga tidak membuat jamban keluarga sehingga tidak ada
orang yang menjadi referensinya (personal reference). Factor lain juga
mungkin karena langkah sumber-sumber yang diperlukan atau tidak
mempunyai biaya untuk membuat jamban keluarga (resource). Factor lain
lagi mungkin karena kebudayaan (culture), bahwa jamban keluarga belum
merupakan budaya masyarakat.
- Teori Perubahan Perilaku
Perilaku
adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang
dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik
disadari maupun tidak.
Perilaku
merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering
tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga
kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang
menerap-kan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat
menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah
perilaku tersebut.
- Health Belief Model
Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50�an
dan didasarkan atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini
tuberculosis. Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat pada program tersebut kemudian dikembangkan
sebagai model perilaku. Health belief Model didasarkan atas 3 faktor
esensial ;
- Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.
- Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.
- Perilaku itu sendiri.
Ketiga
faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan
dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan
dengan sarana & petugas kesehatan.
Kesiapan
individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang
kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk
memperkecil kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, dan adanya
kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan memberikan keuntungan.
Faktor
yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang
dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap
perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang
merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah
perilaku yang serupa.
- Konsep Perilaku
Sebelum kita membicarakan tentang perilaku kesehatan, terlebih dahulu
akan dibuat batasan tentang perilaku itu sendiri. Perilaku dari
pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya
adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu,
perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup
berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan
kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan
emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka
analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh
organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak
langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan
organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan
lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan
lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk
perilaku manusia.
Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk
perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan
lingkungan adalah suatu kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan
perilaku tersebut. Suatu mekanisme
pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam rangka terbentuknya
perilaku disebut proses belajar (learning process). Skinner (1938)
seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil
hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon) dan
respons. Ia membedakan adanya 2 respons, yakni :
a. Respondent Respons atau Reflexive Respons
Adalah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu.
Perangsangan-perangsangan semacam ini disebut eliciting stimuli karena
menimbulkan respons-respons yang relatif tetap, misalnya makanan lezat
menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata
tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya perangsangan-perangsangan yang
demikian itu mendahului respons yang ditimbulkan. Respondent respons
(respondent behaviour) ini mencakup juga emosi respons atau emotional
behaviour. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang
mengenakkan organisme yang bersangkutan, misalnya menangis karena sedih
atau sakit, muka merah (tekanan darah meningkat karena marah).
Sebaliknya hal-hal yang mengenakkan pun dapat menimbulkan perilaku
emosional misalnya tertawa, berjingkat-jingkat karena senang dan
sebagainya.
b. Operant Respons atau Instrumental Respons
Adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang
tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau
reinforcer karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respons
yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu, perangsang yang
demikian itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku yang telah
dilakukan. Apabila seorang anak belajar atau telah melakukan suatu
perbuatan kemudian memperoleh hadiah maka ia akan menjadi lebih giat
belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan
kata lain responnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi. Didalam
kehidupan sehari-hari, respons jenis pertama (responden respons atau
respondent behaviour) sangat terbatas keberadaannya pada manusia. Hal
ini disebabkan karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respons,
kemungkinan untuk memodifikasinya adalah sangat kecil. Sebaliknya
operant respons atau instrumental behaviour merupakan bagian terbesar
dari perilaku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasi sangat besar
bahkan dapat dikatakan tidak terbatas.
- Fokus teori Skinner ini adalah pada respons atau jenis perilaku yang kedua ini.
- Prosedur Pembentukan Perilaku
Seperti telah disebutkan diatas, sebagian besar perilaku manusia adalah
operant respons. Untuk itu untuk membentuk jenis respons atau perilaku
ini perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant
conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning
ini menurut Skinner adalah sebagai berikut :
a.
Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau
reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan
dibentuk.
b.
Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut
disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya
perilaku yang dimaksud.
c.
Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai
tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk
masing-masing komponen tersebut.
d.
Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang
telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan maka
hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku
(tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini
sudah terbentuk kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua,
diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi), demikian
berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan
dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku
yang diharapkan terbentuk. Sebagai ilustrasi, misalnya dikehendaki agar
anak mempunyai kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur. Untuk
berperilaku seperti ini maka anak tersebut harus :
- Pergi ke kamar mandi sebelum tidur.
- Mengambil sikat dan odol.
- Mengambil air dan berkumur.
- Melaksanakan gosok gigi.
- Menyimpan sikat gigi dan odol.
- Pergi ke kamar tidur.
Kalau dapat diidentifikasi hadiah-hadiah (tidak berupa uang) bagi
masing-masing komponen perilaku tersebut (komponen diatas) maka akan
dapat dilakukan pembentukan kebiasaan tersebut. Contoh tersebut di atas
adalah suatu penyederhanaan prosedur pembentukan perilaku melalui
operant conditioning. Didalam kenyataannya prosedur ini banyak dan
bervariasi sekali dan lebih kompleks dari contoh tersebut diatas. Teori
Skinner ini sangat besar pengaruhnya terutama di Amerika Serikat.
Konsep-konsep
behaviour control, behaviour theraphy dan behaviour modification yang
dewasa ini berkembang adalah bersumber pada teori ini.
- Bentuk Perilaku
Secara
lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau
seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut.
Respons ini berbentuk 2 macam, yakni :
a.
Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain,
misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya
seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit
tertentu meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk
diimunisasi. Contoh lain seorang yang menganjurkan orang lain untuk
mengikuti
keluarga berencana meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga berencana.
Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa ibu telah tahu gunanya
imunisasi dan contoh kedua orang tersebut telah mempunyai sikap yang
positif untuk mendukung keluarga berencana meskipun mereka sendiri belum
melakukan secara konkret terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab itu
perilaku mereka ini masih terselubung (covert behaviour).
- Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya pada kedua contoh di atas, si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi dan orang pada kasus kedua sudah ikut keluarga berencana dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata maka disebut overt behaviour. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung dan disebut covert behaviour. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respons seseorang terhadap stimulus (practice) adalah merupakan overt behaviour.
- Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons
seseorang(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan
ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau
perangsangan. Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif
(pengetahuan, persepsi, dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang
nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri 4
unsur pokok, yakni sakit & penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan lingkungan. Dengan demikian secara lebih terinci perilaku
kesehatan itu mencakup :
a.
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia
berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi
penyakit atau rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya,
maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit atau
sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan
sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni :
- Perilaku sehubungan dengan peningkatan ddan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga, dan sebagainya.
- Perilaku pencegahan penyakit (health preevention behaviour) adalah respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi, dan sebagainya. Termasuk perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepadaorang lain.
- Perilaku sehubungan dengan pencarian penngobatan (health seeking behaviour), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantri, dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya).
- Perilaku sehubungan dengan pemulihan kessehatan (health rehabilitation behaviour) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatannya).
b.
Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang
terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan
modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap
fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan
obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan
penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.
c.
Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) yakni respons seseorang
terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini
meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan
serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi), pengelolaan
makanan, dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita.
d.
Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behaviour)
adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan
kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan
lingkungan itu sendiri. Perilaku ini antara lain mencakup :
- Perilaku sehubungan dengan air bersih, ttermasuk didalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.
- Perilaku sehubungan dengan pembuangan aiir kotor, yang menyangkut segi-segi higiene, pemeliharaan teknik, dan penggunaannya.
- Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik.
- Perilaku sehubungan dengan rumah yang seehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.
- Perilaku sehubungan dengan pembersihan ssarang-sarang nyamuk (vektor) dan sebagainya.
Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau
reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku
baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan
reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Dengan demikian maka suatu
rangsangan akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.
Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau
perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat
dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu
kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan
suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau
tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku
manusia. Didalam suatu pembentukan dan atau perubahan, perilaku
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar
individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain susunan saraf
pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan, dan
sebagainya. Susunan saraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku
manusia karena merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsangan yang
masuk menjadi perbuatan atau tindakan. Perpindahan ini dilakukan oleh
susunan saraf pusat dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron.
Neuron memindahkan energi-energi didalam impuls-impuls saraf.
Impuls-impuls saraf indera pendengaran, penglihatan, pembauan,
pengecapan dan perabaan disalurkan dari tempat terjadinya rangsangan
melalui impuls-impuls saraf ke susunan saraf pusat.
Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui
melalui persepsi. Persepsi sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui
panca indera. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun
mengamati objek yang sama. Motivasi yang diartikan sebagai suatu
dorongan untuk bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan, juga dapat
terwujud dalam bentuk perilaku. Perilaku juga dapat timbul karena emosi.
Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan
keadaan jasmani, yang pada hakekatnya merupakan faktor keturunan
(bawaan). Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek tersebut diatas
akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan. Belajar diartikan
sebagai suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari
praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Belajar adalah suatu
perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu (sebelumnya).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku itu dibentuk melalui
suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan
lingkungannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi 2, yakni
- faktor intern.
Faktor
intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan
sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan
faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik
seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. Dari
uraian di atas tampak jelas bahwa perilaku merupakan konsepsi yang
tidak sederhana, sesuatu yang kompleks, yakni suatu pengorganisasian
proses-proses psikologis oleh seseorang yang memberikan predisposisi
untuk melakukan responsi menurut cara tertentu terhadap suatu objek.
- ekstern
Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan (health related behavior) sebagai berikut :
a.
Perilaku kesehatan (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan
dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk
mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan
sebagainya.
b.
Perilaku sakit (illness behavior) yakni segala tindakan atau kegiatan
yang dilakukan seorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan
mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk disini kemampuan
atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab
penyakit serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut.
c.
Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yakni segala tindakan
atau kegiatan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh
kesembuhan. Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan /
kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain terutama
kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab
terhadap kesehatannya. Saparinah Sadli (1982) menggambarkan individu
dengan lingkungan social yang saling mempengaruhi didalam suatu diagram.
Keterangan :
a. Perilaku kesehatan individu; sikap dan kebiasaan individu yang erat kaitannya dengan lingkungan.
b. Lingkungan keluarga; kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai kesehatan.
c. Lingkungan terbatas; tradisi, adat-istiadat dan kepercayaan masyarakat sehubungan dengan kesehatan.
d.
Lingkungan umum; kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang kesehatan,
undang-undang kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.
Setiap individu sejak lahir terkait didalam suatu kelompok, terutama
kelompok keluarga. Dalam keterkaitannya dengan kelompok ini membuka
kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok
lain. Oleh karena pada setiap kelompok senantiasa berlaku aturan-aturan
atau norma-norma sosial tertentu maka perilaku tiap individu anggota
kelompok berlangsung didalam suatu jaringan normatif. Demikian pula
perilaku individu tersebut terhadap masalah-masalah kesehatan.
Kosa dan Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu
cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap
kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang berdasarkan pada
pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap individu
mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau
pencegahan yang berbeda meskipun gangguan kesehatannya sama. Pada
umumnya tindakan yang diambil berdasarkan penilaian individu atau
mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian
semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan individu
menstimulasikan dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses
semacam ini menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan si penderita
mengenai gangguan yang dialami dan merupakan bagian integral interaksi
sosial pada umumnya. Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu
yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni :
a.
Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu
gangguan atau ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang
bersangkutan atau orang lain (anggota keluarga) terhadap gangguan
tersebut akan berperan. Selanjutnya gangguan dikomunikasikan kepada
orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang diberi informasi tersebut
menilai dengan kriteria subjektif.
b.
Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut.
Disadari bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik
bagi yang bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan
gangguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari
ancaman-ancaman ini akan menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku.
c.
Penerapan pengatahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang
dialaminya. Oleh karena gangguan kesehatan terjadi secara teratur
didalam suatu kelompok tertentu maka setiap orang didalam kelompok
tersebut dapat menghimpun pengetahuan tentang berbagai macam gangguan
kesehatan yang mungkin terjadi. Dari sini sekaligus orang menghimpun
berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu, baik secara tradisional
maupun modern. Berbagai cara penerapan pengetahuan baik dalam menghimpun
berbagai macam gangguan maupun cara-cara mengatasinya tersebut
merupakan pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.
d. Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau
menghilangkan kecemasan atau gangguan tersebut. Didalam hal ini baik
orang awam maupun tenaga kesehatan melakukan manipulasi tertentu dalam
arti melakukan sesuatu untuk mengaatasi gangguan kesehatan. Dari sini
lahirlah pranata-pranata kesehatan baik tradisional maupun modern.
Referensi :
- Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. 2006. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
- Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar