Senin, 03 September 2012

Pelayanan Kesehatan Promotif , Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif


Berbicara mengenai konsep kesehatan. Kita kenal ada 2  (dua) konsep yaitu konsep kesehatan masyarakat dan konsep kedokteran, konsep kesehatan masyarakat lebih berorientasi kepada  masalah kesehatan dihubungkan dengan aspek social cultural. Konsep kesehatan masyarakat  menekankan pada pendekatan preventif dan promotif. Sedangkan konsep kedokteran lebih berorientasi pada masalah sehat sakit terutama penyakit yang berkaitan dengan aspek biomedis. Pendekatan yang digunakan dalam pelayanan kesehatan adalah Kuratif dan rehabilitative.
Kesehatan masyarakat menggunakan pendekatan preventif dan promotif. Preventif (pencegahan) adalah mencegah jangan sampai terkena penyakit atau menjaga orang yang sehat agar tetap sehat, Misalnya yang paling sederhana melakukan cuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar akan mencegah terjadinya penyakit diare. sedangkan promotif (peningkatan) adalah meningkatkan agar status status kesehatan menjadi semakin meningkat, misalnya pemberian inisiasi menyusui dini (IMD) dan ASI eksklusif yang dapat membantu meningkatkan kekebalan terhadap penyakit karena kolostrum dan zat-zat gizi yang terkandung dalam ASI. Anak tidak mudah terkena penyakit.
  Perbedaan lain yang cukup mencolok adalah kesehatan masyarakat mengambil obyek sasaran kesehatannya yaitu masyarakat atau komunitas (skala makro) sedangkan kedokteran menangani individu (skala mikro). Kuratif (pengobatan) digunakan untuk orang-orang sakit atau dengan kata yang lebih mudahnya kuratif adalah nama lain dari proses menyembuhkan seseorang dari keadaan sakit secara fisik dan psikis. Misalnya  balita yang menderita pneumonia tentu membutuhkan pengobatan antiobiotik. Penyakit ini akan mengganggu tumbuh kembang balita tersebut ; Balita tidak suka makan yang mungkin berakibat pada penurunan status gizi balita.  sedangkan rehabilitatif (pemulihan) adalah proses menjaga agar seorang yang sudah sembuh (belum 100% sembuh) kembali bugar seperti semula. Misalnya untuk balita sakit pneumonia membutuhkan asupan gizi yang adekuat terutama protein untuk proses penyembuhan serta  pemulihan dari penyakitnya.  Balita yang sering sakit akan mengalami hambatan dalam tumbuh kembangnya. 
Jadi sebenarnya tugas kesehatan masyarakat itu lebih sulit dibandingkan kedokteran karena obyek dari kesehatan masyarakat yang lebih luas yaitu masyarakat secara umum atau suatu komunitas. Dan kita (kesehatan masyarakat) menangani orang sehat yang jumlahnya sangat besar, berkisar antara 80% (untuk negara berkembang) atau 85% (untuk negara maju). Lagi pula kita harus berusaha ekstra keras untuk menyadarkan masyarakat yang sehat agar mampu dan mau untuk menjaga kesehatannya, karena sesungguhnya menjaga kesehatan itu lebih sulit dari pada mengobati. Karena menyangkut pola prilaku hidup sehat. dan kebiasaan mencari dan mendapatkan pelayanan kesehatan. Seseorang baru akan mencari pelayanan kesehatan apabila sudah mengalami sakit. Sebagai contoh, bagi seorang petani kalau mengalami nyeri kepala dan mual muntah, demam, menggigil, akan merasa sehat saja jika sudah berkeringat setelah menggigil, kembali bekerja di kebun karena sudah merasa sembuh serta menganggap biasa penyakit malaria dan baru akan segera berobat jika sudah parah atau mengalami komplikasi malaria cerebral. Secara cultural bagi masyarakat tertentu terutama masyarakat pedesaan untuk mendapatkan pelayanan masih harus berkonsultasi dengan keluarga atau orang kunci sebagai pengambil keputusan atau membantu keluarga dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Tantangan kesehatan masyarakat lebih besar dari pada kedokteran terutama karena perbedaan aspek pendekatan yang digunakan, aspek kuratif dan rehabilitatif lebih mudah untuk diterapkan (terutama pada orang sakit yang tidak memiliki banyak pilihan). Kebanyakan orang kalau sudah menderita sakit akan patuh pada aturan yang disampaikan oleh petugas kesehatan (Dokter, Bidan, Perawat, Ahli Gizi, dll). Hasil dari pelayanan kuratif dan preventif juga lebih cepat dirasakan oleh klien apabila mentaati semua nasehat termasuk tindakan medis, dan perawatan yang diberikan.  Sedangkan aspek preventif dan promotif lebih sukar untuk diterapkan karena hasil yang didapat bersifat long term (jangka panjang) sehingga tidak bisa langsung diambil manfaatnya dan biasanya orang-orang lebih senang untuk melihat hasil yang cepat. Misalnya pasien malaria akan mudah dinasehati apabila dia menderita malaria daripada pada saat dia sehat. Dan lagi kesehatan masyarakat itu obyek sasarannya lebih luas yakni masyarakat (80% penduduk Indonesia) dan agak susah untuk membuat status kesehatan mereka yang sehat agar tetap sehat, bahkan menjadi lebih sehat lagi. Namun sebagai petugas kesehatan tak perlu cemas dan pesimis karena informasi yang diberikan terus-menerus akan mampu merubah prilaku hidup seseorang untuk dapat mengadopsi prilaku hidup sehat. Hal tersebut adalah tantangan dalam intervensi pelayanan kesehatan berdasarkan anggapan masyarakat yang “keliru” yang seharusnya secara terus menerus diperbaiki terutama pola pikir masyarakat yang masih  terfokus pada anggapan “kalau sakit baru berobat atau ke Puskesmas”. Menjadi rajin untuk mengakses pendidikan kesehatan yang dapat merubah prilaku hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit. Sebenarnya biaya pelayanan kesehatan preventif dan promotif lebih murah daripada kuratif dan rehabilitative.  Sehingga sebagai petugas kesehatan yang benar-benar memahami tentang konsep penyakit perlu lebih aktif untuk memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sehingga dapat membantu masyarakat untuk berprilaku hidup sehat, mencegah penyakit dan lebih produktivitas menjadi meningkat. Ingat : “mencegah lebih baik daripada mengobati”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar