Institusi kontrasepsi Worth Inggris, baru-baru ini tengah sibuk
menjalankan kampanye baru dari Departemen Kesehatan dan Departemen untuk
Anak, Sekolah dan keluarga. Mereka siap membantu kaum muda membuat
pilihan lebih dengan memberikan banyak informasi tentang kontrasepsi,
memelihara kesehatan seksual, dan menghindari kehamilan di luar nikah
yang tak diinginkan.
Mengutip situs femalefirst, kampanye ini bertujuan mempromosikan diskusi yang sangat terbuka dan jujur tentang seks, hubungan 'ML', kontrasepsi dan hal terkait antara anak muda, orang tua mereka dan para profesional kesehatan.
Diskusi itu sudah sepantasnya bergulir karena hasil penelitian menunjukkan masih kurangnya pengetahuan, informasi yang keliru, serta sikap-sikap buruk dan komunikasi yang menghambat perilaku seksual yang lebih aman.
Fokus untuk remaja dan anak muda, bantuan pengetahuan dan pemahaman bertujuan untuk menolak tekanan teman sebaya dalam melakukan hubungan seks bebas, sebelum mereka siap.
Bicara soal kesiapan, 90% perempuan belum menyadari bahwa mereka memiliki pilihan kontrasepsi begitu banyak, jika ingin melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya.
Ada 15 metode bagi perempuan untuk memilih sesuai ketergantung dan kebutuhan mereka. Semuanya demi kebaikan, kenyamanan dan gaya hidup.
Lebih dari itu, perempuan mendapatkan saran dari banyak teman soal mengeksplorasi metode apa yang sesuai untuk digunakan? Agar hasilnya lebih maksimal, perempuan juga bisa berbagi dan bertanya dengan dokter pribadi.
Keterbukaan itu terjadi di Inggris. Lalu bagaimana dengan di Indonesia?
Menurut para pakar pendidikan seksual, apa yang terjadi Indonesia, sampai sejauh ini masih dalam batas kewajaran. Sampai sejauh ini tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya.
Tujuannya agar seks tak terasa menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai takdir bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dengan fungsi pentingnya, reproduksi kehidupan manusia. Lalu juga supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk kebaikan dan pada waktu yang tertentu saja.
Para ahli berpendapat bahwa pendidik seks yang terbaik adalah orang tua dari anak itu sendiri. Maklum dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi sangat membutuhkan keakraban, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Itu akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya. Atau sefleksibel mungkin.
Sekadar mengingatkan, dalam melakukannya jangan menunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Lakukanlah sesuai rencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Biasanya menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang ke arah kedewasaan.
Mengutip situs femalefirst, kampanye ini bertujuan mempromosikan diskusi yang sangat terbuka dan jujur tentang seks, hubungan 'ML', kontrasepsi dan hal terkait antara anak muda, orang tua mereka dan para profesional kesehatan.
Diskusi itu sudah sepantasnya bergulir karena hasil penelitian menunjukkan masih kurangnya pengetahuan, informasi yang keliru, serta sikap-sikap buruk dan komunikasi yang menghambat perilaku seksual yang lebih aman.
Fokus untuk remaja dan anak muda, bantuan pengetahuan dan pemahaman bertujuan untuk menolak tekanan teman sebaya dalam melakukan hubungan seks bebas, sebelum mereka siap.
Bicara soal kesiapan, 90% perempuan belum menyadari bahwa mereka memiliki pilihan kontrasepsi begitu banyak, jika ingin melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya.
Ada 15 metode bagi perempuan untuk memilih sesuai ketergantung dan kebutuhan mereka. Semuanya demi kebaikan, kenyamanan dan gaya hidup.
Lebih dari itu, perempuan mendapatkan saran dari banyak teman soal mengeksplorasi metode apa yang sesuai untuk digunakan? Agar hasilnya lebih maksimal, perempuan juga bisa berbagi dan bertanya dengan dokter pribadi.
Keterbukaan itu terjadi di Inggris. Lalu bagaimana dengan di Indonesia?
Menurut para pakar pendidikan seksual, apa yang terjadi Indonesia, sampai sejauh ini masih dalam batas kewajaran. Sampai sejauh ini tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya.
Tujuannya agar seks tak terasa menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai takdir bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dengan fungsi pentingnya, reproduksi kehidupan manusia. Lalu juga supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk kebaikan dan pada waktu yang tertentu saja.
Para ahli berpendapat bahwa pendidik seks yang terbaik adalah orang tua dari anak itu sendiri. Maklum dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi sangat membutuhkan keakraban, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Itu akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya. Atau sefleksibel mungkin.
Sekadar mengingatkan, dalam melakukannya jangan menunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Lakukanlah sesuai rencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Biasanya menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang ke arah kedewasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar