KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur senantiasa kita haturkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas limpahan
berkah, rahmat serta inayahnya-lah sehingga kita masih diberi kesehatan dan
kesempatan untuk menyelesaikan TUGAS ini sebagai pengganti MID dari mata kuliah
“Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat” (PPM) yang diberikan oleh dosen
pembimbing, kakanda Zulkarnaen, Skm.
Tak
lepas dari Substansi dan Background penulis, sehingga penulis hanya mengangkat
pokok bahasan pemberdayaan dalam hal kesehatan. Adapun Tema yang penulis akan uraikan
adalah: “Pengembangan masyarakat lokal dalam mewujudkan tatanan Indonesia sehat”.
Dalam
penyusunan Artikel ini, penulis hanya mengambil referensi baik dari buku-buku
yang ada maupun dari internet. Oleh sebab itu, penulis sadar sepenuhnya akan
kekurangan-kekurangan dalam penyusunannya sehingga penulis mengharapkan saran
serta kritikan yang sifatnya konstruktif dalam perbaikan tugas selanjutnya.
Akhirnya tiada kata yang patut
penulis ucapkan selain ucapan syukur dan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada Dosen pembimbing serta teman-teman atas support dan motivasi yang telah
diberikan hingga pada akhirnya Tugas ini terselesaikan tepat pada waktunya.
Makassar,
08 Desember 2011
A. TINJAUAN TEORITIS FAKTA
Kapitalisme
neoliberal menyebabkan terjadinya de-industrialisasi dan memicu krisis ekonomi,
Tranformasi ini menggiring lonjakan intensitas jumlah pengangguran,
ketidakpastian penghasilan, menimbulkakan nilai paradox dalam kesenjangan
sosial-ekonomi dan terpuruk ke dalam kemiskinan yang endingnya adalah masalah
kesehatan yang begitu kompleks. Masalah kesehatan diindonesia masih menjadi
boomerang yang harus terus dicari hubungan kausalitasnya, dimana belum
didapatkan obat dari penyakit yang timbul, timbul lagi penyakit baru (New
communicable disease). Kemiskinan dan kesehatan di negara-negara dunia ketiga
berhubungan dengan eksploitasi terhadap tenaga kerja dan alam serta
dehumanisasi. Kemiskinan
penduduk di negara berkembang merupakan
dinamika kemiskinan multidimensi kehidupan. Di negara-negara dunia ketiga
seperti Indonesia ada kecenderungan
pengentasan kemiskinan berbasis
pemberdayaan khususnya kesehatan.
Arti pemberdayaan masyarakat dalam konteks community
development berarti pertumbuhan kekuasaan dan wewenang bertindak pada
masyarakat untuk mengatasi masalah mereka sendiri. Pengembangan Masyarakat (PM)
memiliki sejarah panjang dalam praktek pekerjaan sosial (Payne, 1995; Suharto,
1997). Sebagai sebuah metode pekerjaan sosial, PM memungkinkan pemberi dan
penerima pelayanan terlibat dalam proses perencanaan, pengawasan dan evaluasi.
PM meliputi berbagai pelayanan sosial yang berbasis masyarakat mulai dari
pelayanan preventif untuk anak-anak sampai pelayanan kuratif dan pengembangan
untuk keluarga yang berpendapatan rendah. Meskipun PM memiliki peran penting
dalam pekerjaan sosial, PM belum sepenuhnya menjadi ciri khas praktek pekerjaan
sosial. PM masih menjadi bagian dari kegiatan profesi lain, seperti perencana
kota, pengembang perumahan dan peningkatan kesehatan. PM juga masih sering
dilakukan oleh para voluntir dan aktivis pembangunan yang tidak dibayar dan
khususnya adalah kader kesehatan. Telah terjadi perdebatan panjang mengenai
apakah PM dapat dan harus didefinisikan sebagai kegiatan profesional. Yang
jelas, PM memiliki tempat khusus dalam khazanah pendekatan pekerjaan sosial,
meskipun belum dapat dikategorikan secara tegas sebagai satu-satunya metode
milik pekerjaan sosial (Mayo, 1998).
Fasilitator
pemberdayaan bertugas mengembangkan
pembelajaran bagi masyarakat lokal untuk membangun tingkat kemandirian dalam
menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Perwujudan kemandirian ditandai
dengan semakin tingginya
keberdayaan
kelompok-kelompok sosial dalam
memenuhi kebutuhan pokok anggotanya dalam hal produktivitas.
Oleh karena itu, kesehatan merupakan kebutuhan
setiap orang yang harus dipenuhi dan dijamin oleh pemerintah negara yang
bersangkutan. Dengan melihat angka kesehatan suatu negara dapat pula dijadikan
sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat negara tersebut. Jika
angka kesehatannya tinggi maka dapat dikatakan negara tersebut sejahtera dan
sebaliknya. Kesejahteraan itupun diukur bagaimana produktivitas SDM nya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang
memahami betul akan pentingnya kesehatan (kesejahteraan). Hal ini dapat dilihat
dalam tujuan negara Indonesia, yaitu memajukan kesejahteraan umum, tertuang
dalam pembukaan UUD 1945. Berdasarkan landasan inilah maka dalam APBN
dianggarkan dana untuk menunjang kesehatan masyarakat salah satunya ditujukan
untuk masyarakat miskin mengingat tidak sedikit penduduk Indonesia yang masih
berada di bawah garis kemiskinan yang sampai saat ini menjadi polemik yang
dihadapi bangsa ini.
Seperti diketahui, Visi
Kementerian Kesehatan adalah ”Masyarakat
Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”, sedangkan misinya adalah:
1) meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani
2) melindungi kesehatan masyarakat dengan
menjamin tersedianya upaya kesehatan
yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan
3) menjamin ketersediaan dan pemerataan
sumberdaya kesehatan; dan menciptakan tatakelola kepemerintahan yang baik.
Selanjutnya dalam Rakerkesnas bulan Februari 2011, Menteri Kesehatan kembali menegaskan
bahwa untuk mencapai target pembangunan
kesehatan yang tercermin dalam Visi Kemenkes tersebut di atas, perlu dilakukan
inovasi dan terobosan dalam berbagai hal di setiap tingkat administrasi
pemerintahan dengan tetap memperhatikan koridor hukum. Berkaitan dengan hal itu
Menkes mengingatkan kembali 7 terobosan atau Reformasi Pembangunan Kesehatan
Masyarakat, yaitu:
1) Revitalisasi pelayanan kesehatan dasar dan pemenuhan Bantuan Operasional
Kesehatan ( BOK)
2) Ketersediaan, keterjangkauan obat di seluruh fasilitas kesehatan
3)
Ketersediaan, distribusi, dan retensi sumber daya manusia kesehatan yang adil dan merata
4) Pengembangan
jaminan kesehatan
5)
Pengelolaan Daerah Bermasalah Kesehatan dan pelayanan Kesehatan di Daerah
Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan Terpencil
6) Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi Kesehatan, dan
7)
Pengembangan World Class Health Care.
Agar dapat tercapainya
reformasi pembangunan kesehatan masyarakat
yang kita dambakan bersama tentunya diperlukan data kesehatan dasar yang
dapat dikumpulkan secara berkesinambungan. Data tersebut dikumpulkan baik secara rutin maupun melalui berbagai
survei, riset ataupun penelitian. Dalam 5 tahun terakhir ini, Kementerian
Kesehatan – dalam hal ini Badan Litbang Kesehatan – telah 2 kali melaksana
riset dalam skala nasional yaitu Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
dan 2010. Hasil Riskesdas 2007 telah dimanfaatkan oleh penyelenggara program,
terutama di jajaran Kementerian Kesehatan; dan Bappenas, untuk evaluasi program
pembangunan kesehatan. Komposit
beberapa indikator Riskesdas 2007 juga
telah digunakan sebagai model Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) di
Indonesia untuk melihat peringkat kabupaten/kota dan merupakan indikator dalam
penentuan daerah bermasalah kesehatan. Demikian juga dari Riskesdas 2010 hasil
yang telah diperoleh adalah dengan diketahuinya pencapaian komitmen upaya kesehatan
tingkat global dan nasional dalam Millenium
Development Goals (MDGs).
Salah satu bentuk upaya yang harus dilakukan
dalam pemberdayaan adalah:
1.
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan
masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat persuasif dan tidak
memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan
kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan dan memecahkan masalah,
menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi
dan dukungan tokoh masyarakat serta LSM yang ada dan hidup di masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian
masyarakat di bidang kesehatan dengan demikian pemberdayaan masyarakat
merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian
masyarakat dibidang kesehatan bisa diartikan sebagai kemampuan untuk dapat
mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat, kemudian
merencanakan dan melakukan cara pemecahannya dengan memanfaatkan potensi
setempat tanpa tergantung pada bantuan eksternal atau dari luar.
Pemberdayaan
masyarakat meliputi bagaimana menumbuhkembangkan kemampuan masyarakat,
menumbuhkan dan atau mengembangkan peran serta masyarakat, mengembangkan
semangat gotong royong dalam pembangunan kesehatan, bekerja bersama di
masyarakat, menggalang kemitraan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
organisasi kemasyarakatan lainnya yang ada di Desa/Kelurahan serta penyerahan
pengambilan keputusan sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat. Strategi pemberdayaan masyarakat yaitu meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, meningkatkan kesadaran
masyarakat sebagai salah satu bentuk pengejewantahan pendidikan, komunikasi dan
ilmu perilaku (PKIP) untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
telah disediakan oleh pemerintah dan tidak merusaknya, mengembangkan berbagai
cara untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat
untuk pembangunan kesehatan masyarakat yang sesuai dengan kultur budaya
masyarakat setempat serta mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki
oleh masyarakat secara terbuka dan transparan.
Kegiatan
pemberdayaan masyarakat dilakukan di tingkat Desa/Kelurahan yang didukung oleh
semua komponen terkait di tingkat Kecamatan/Puskesmas, sesuai dengan tujuan
pemberdayaan masyarakat dalam pembentukan Desa/Kelurahan Siaga.
Hal ini akan
jauh lebih efektif ketika masyarakat diberikan arahan dan penjelasan serta
gambaran akan pentingnya suatu kegiatan dimana kegiatan itu adalah kepentingan
bersama melalui pendekatan komunikasi.
Untuk lebih
jelasnya mengenai pencapaian arah perubahan perilaku, marilah kita lihat bagan
dibawah ini:
Lingkaran atau
siklus tersebut menggambarkan bahwa perubahan perilaku akan terjadi ketika
individu mendapatkan gambaran dari efek suatu permasalahan sehingga menimbulkan
stimulus atau rangsangan ke otak hingga menimbulkan rasa penasaran untuk
berbuat dan mencobanya.
2.
Pembinaan Peran Serta Masyarakat
Adalah
salah satu upaya pengembangan yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan
pemberdayaan masyarakat melalui model persuasif dan tidak memerintah, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan mengoptimalkan kemampuan
masyarakat dalam menemukan, merencanakan dan memecahkan masalah. Pembinaan
lokal merupakan serangkaian langkah yang diterapkan guna menggali potensi dan
minat masyarakat menyangkut pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
meningkatkan dan mengarahkan peran serta masyarakat setempat dalam menata hidup
sehat dan produktif.
3.
Pemberdayaan Keluarga
Adalah
salah satu upaya yang bersifat tidak memerintah guna meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan keluarga agar mampu mengidentifikasi masalah, merencakan dan
mengambil keputusan untuk melakukan pemecahannya dengan benar, tanpa atau
dengan bantuan dari pihak lain. Pemberdayaan keluarga dibidang kesehatan akan
menghasilkan kemandirian keluarga dalam menemukan masalah kesehatan yang ada
dalam keluarga, kemudian mampu merencanakan dan mengambil keputusan untuk
memecahkan masalah kesehatannya sendiri tanpa atau dengan bantuan orang lain.
Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di
bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun keluarga adalah melalui pendekatan
komunikasi-informasi-edukasi (KIE).
Strategi
dalam Identifikasi masalah kesehatan
Langkah
awal yang dilakukan dalam penggerakan pemberdayaan masyarakat untuk membentuk
dan mengembangkan Desa/Kelurahan Siaga adalah identifikasi masalah kesehatan
dengan menitik beratkan pada masalah penyakit, lingkungan dan perilaku.
Identifikasi masalah kesehatan dapat dilakukan melalui cara survailans atau pengumpulan
data sekunder di Puskesmas dan kantor Desa/Kelurahan setempat atau melalui
pengumpulan data dengan metode observasi partisipatif, diskusi kelompok terarah
dan survei/kunjungan rumah dengan menggunakan kuesioner.
Informasi
yang diperlukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan adalah sebagai berikut
:
• Penyakit/nama penyakit
• Penyebab penyakit menurut Puskesmas
• Penyebab penyakit menurut masyarakat
• Perilaku masyarakat yang dapat mengakibatkan sakit
• Perilaku masyarakat yang bisa mencegah timbulanya penyakit
• Lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit
• Lingkungan yang bisa mencegah timbulnya penyakit
• Cara mencegah agar orang tetap sehat dan tidak sakit
• Cara mencegah agar penyakit tidak menular
• Apa yang bisa dilakukan oleh tiap keluarga agar terhindar dari
penyakit
• Apa yang bisa dilakukan oleh pemuka masyarakat agar wilayahnya
terhindar dari penyakit.
SARAN
Salah satu program pemerintah dalam
bidang kesehatan adalah menuju tatanan Indonesia sehat 2010 yang telah berlalu
dan dianggap “gagal total” hingga berubah menjadi Indonesia sehat 2030. Oleh
karena itu, untuk mencapai sasaran tersebut salah satunya adalah dengan
pendekatan pemberdayaan masyarakat berbasis lokal karena mustahil tujuan dalam
tatanan Indonesia sehat akan tercapai tanpa tahap yang lokal. Tahap lokal yang
penulis maksud disini adalah sehat mulai dari Mikro - Makro seperti sehat dari lingkungan
keluarga, RT/RW, Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi/Kota.
Ketika semua elemen tersebut sudah sehat, maka secara otomatis terciptalah
Masyarakat dalam tatanan Indonesia sehat, yang selalu didambakan.
Beranjak dari hal tersebut diatas, sejauh
apapun pencanangan program pemerintah tanpa dukungan, kesadaran dan partisipasi
masyarakat, maka hanya akan menjadi program buram dan yang tak akan pernah
menunjukkan eksistensinya dan hanya akan menjadi wacana dalam masalah yang tak
kunjung usai. Dan saking ironisnya, anggaran APBN untuk kesehatan semakin
terkikis dan inflasi pinjamin luar negeri pun makin menggurita hingga
keterpurukan dalam satu sistem, bias dengan sistem yang lain yang mengakibatkan
suatu permasalahan yang multifaktorial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar