KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur senantiasa kita haturkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas limpahan
berkah, rahmat serta inayahnya-lah sehingga kita masih diberi kesehatan dan
kesempatan untuk menyelesaikan TUGAS pengganti FINAL dari mata kuliah “Agen
Penyakit Menular” dengan judul ‘Penyakit yang disebabkan oleh Jamur,
Bakteri, Virus dan Cacing’ yang diberikan oleh
dosen pembimbing, kakanda Zhelfina Ummi Muslimah, S.pd, M.kes.
Dalam
penyusunan Tugas ini, penulis hanya mengambil referensi baik dari buku-buku
yang ada maupun dari internet. Oleh sebab itu, penulis sadar sepenuhnya akan
kekurangan-kekurangan dalam penyusunannya sehingga penulis mengharapkan saran
serta kritikan yang sifatnya konstruktif demi perbaikan tugas selanjutnya.
Akhirnya
tiada kata yang patut penulis ucapkan selain ucapan syukur dan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada Dosen pembimbing Kakanda Zhelfina Ummi Muslimah, S.pd, M.kes
atas kesediaannya memberikan kebijakan kepada penulis sebagai suatu upaya agar
mendapatkan nilai tambahan yang tiada lain untuk bisa memenuhi kriteria dalam mengikuti
KKN/KKP.
Makassar, 26 Januari 2012
Penulis
PENYAKIT AKIBAT JAMUR
a. Keputihan
Keputihan Patologis, merupakan
keputihan yang tidak normal yang terjadi karena infeksi pada vagina, adanya
benda asing pada vagina atau karena keganasan. Infeksi bisa sebagai akibat dari
virus, bakteri, jamur, dan parasit bersel satu Trichomonas vaginalis.
Dapat pula disebabkan oleh iritasi karena berbagai sebab seperti iritasi akibat
bahan pembersih vagina, iritasi saat berhubungan seksual, penggunaan tampon,
dan alat kontrasepsi. Infeksi virus, bakteri, dan parasit bersel satu umumnya
didapatkan saat melakukan aktivitas seksual.
Keputihan ini berupa cairan berwarna kekuningan hingga kehijauan,
jumlahnya banyak bahkan bisa sampai keluar dari celana dalam, kental, lengket,
berbau tidak sedap atau busuk, terasa sangat gatal atau panas, dan menimbulkan
luka di daerah mulut vagina. Keputihan jenis ini harus diwaspadai
mengingat dapat menjadi salah satu indikasi gejala adanya kanker leher rahim.
Oleh karena itu, keputihan patologis harus dicari penyebabnya dan diobati
secara adekuat sejak dini.
b. Panu
dan Kudis
Panu
dan Kudis disebabkan oleh jamur mikroskopis. Jamur bertahan dengan hidup dari
sel-sel kulit mati kita. Sebagian besar waktu, organisme ini tidak berbahaya.
Tapi jamur bisa menjadi masalah ketika mereka berkembang biak dengan cepat.
c. Penyakit
histoplasmosis
Penyebab
dari histoplasmosis adalah terpaparnya seseorang oleh jamur yang diberi nama
Histoplasma capsulatum. Jamur ini terutama sering berada pada kandang ayam dan
merpati, lumbung tua, taman dan gua yang merupakan tanah basah yang kaya bahan
organik, terutama kotoran dari burung dan kelelawar.
Suhu
tubuh burung yang terlalu tinggi, menyebabkan burung tidak dapat terinfeksi
dengan histoplasmosis, namun burung dapat membawa H. capsulatum di bulu mereka.
Selain itu, kotoran burung dapat mendukung pertumbuhan jamur. Kelelawar
memiliki suhu tubuh lebih rendah dan dapat terinfeksi, namun seseorang tidak
dapat terjangkit penyakit ini dari kelelawar atau dari orang lain.
d. Viginitas
Penyakit
Vagina yang disebabbkan oleh jamur dan bakteri. Jenis bakteri penyebab penyakit
ini adalah bakteri Clhamydia dan Gonorrhea. Walaupun jenis bakteri ini kurang
berbahaya, namun bakteri ini dapat menetap menimbulkan penyakit.
e. Kutu Kelamin
Penyakit
yang seperti kutu di rambut kepala yang berwarna kelabu dan kecoklatan.
Memiliki ukuran tubuh sekitar satu per delapan inci yang tinggal diantara rambut-rambut kemaluan.
f. Kutu kelamin dibawah kulit Kelamin
Kutu
ini lebih kecil disbanding kutu kelamin, dan kutu ini sangat berbahaya hingga
akan membuat saran dibawah kulit kelamin yang akan menyebabkan gatal-gatal dan
akan membuat luka disekitarnya.
Banyak sekali hal – hal yang dapat
menyebabkan keputihan patologis, tapi umumnya disebabkan oleh infeksi saluran
reproduksi. Infeksi tersebut dapat berasal dari:
a.
Jamur
Candida atau Monilia
Keputihan akibat jamur ini
akan berwarna putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal
yang dominan pada vagina. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan
meradang. Keputihan ini biasanya dipicu oleh kehamilan, penyakit kencing manis,
pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh. Bayi yang baru lahir juga
bisa tertular keputihan akibat jamur Candida ini karena tanpa sengaja tertelan
cairan ibunya yang adalah penderita saat persalinan.
b.
Parasit
Trichomonas Vaginalis
Ditularkan terutama lewat hubungan
seks sehingga termasuk salah satu dalam Penyakit Menular Seksual (PMS), namun
selain hal itu juga dapat lewat perlengkapan mandi, atau bibir kloset yang
telah terkontaminasi. Cairan keputihan sangat kental, berbuih, berwarna
kuning atau kehijauan dengan bau anyir. Keputihan karena parasit ini tidak
menyebabkan gatal, tapi nyeri bila liang vagina ditekan.
c.
Bakteri
Gardnella
Sebagian besar wanita yang mengalami
infeksi vagina bakterial tanpa gejala – gejala berarti disebabkan oleh bakteri
ini. Keputihan biasanya encer, berwarna putih keabu-abuan, berair,
berbuih, dan berbau amis (fishy odor). Bau akan lebih menusuk setelah
melakukan hubungan seksual dan menyebabkan darah menstruasi berbau tidak enak.
Jika ditemukan iritasi daerah vagina seperti gatal biasanya bersifat lebih
ringan daripada keputihan yang disebabkan oleh Candida albicans atau
Trichomonas vaginalis.
d.
Blastomikosis
adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh cendawan
dimorfik Blastomyces dermatitidis. Cendawan B.
dermatitidis banyak ditemukan di tanah
yang mengandung sisa-sisa bahan organik
dan kotoran
hewan. Ketika konidia
(salah satu bagian tubuh) dari B. dermatitidis terhirup oleh manusia
maka akan terjadi perubahan bentuk dari miselium menjadi khamir dan sistem imun manusia tidak sempat
menghasilkan respon
imun terhadap perubahan tersebut. Agen penyakit akan menyebar melalui sistem limfa
dan aliran darah. Gejala penyakit ini sangat
bervariasi karena banyak sistem organ
yang berperan dalam penyebarannya. Namun, beberapa gejala yang paling sering
diperiksakan adalah gejala yang berkaitan dengan manifestasi pulmonari, lesi
pada kulit yang tidak sembuh, lesi
tulang yang seringkali tanpa rasa sakit,
dan gejala yang berkaitan dengan sistem genitouorinari (urogenital).
Uji keberadaan infeksi dalam tubuh dapat dilakukan dengan biopsi jaringan tubuh untuk mengkultur dan melihat
histopatologinya, mengambil sampel dari sekresi (pembuangan) sisa kotoran tubuh dan
jaringan.
e.
Kandidiasis
adalah
infeksi spesies Candida,
dengan Candida albicans
sebagai penyebab yang paling banyak ditemui.
f.
Kriptokokosis
adalah infeksi yang diterima oleh pernapasan pada tanah yang terkontaminasi
oleh fungi Cryptococcus
neoformans. Kriptokokosis adalah infeksi
oportunistik yang terjadi untuk AIDS.
Penyakit ini didistribusikan ke seluruh dunia. Jumlah kriptokokosis meningkat
selama 20 tahun terakhir untuk banyak alasan, termasuk meningkatnya insiden
AIDS.
g.
Panau
atau Pitriyasis versikolor merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.
Penyakit panau ditandai oleh bercak yang terdapat pada kulit disertai rasa
gatal pada saat berkeringat. Bercak-bercak ini bisa berwarna putih, coklat atau
merah tergantung kepada warna kulit penderita. Jamur yang menyebabkan panau
adalah Candida
Albicans. Panau paling banyak dijumpai pada remaja usia belasan. Meskipun begitu panau juga bisa
ditemukan pada penderita berumur yang lebih tua atau lebih muda. Penyakit ini
biasanya menyerang kulit di daerah yang menghasilkan banyak keringat. Biasanya
panau terdapat pada bagian atas dada, lengan, leher, perut,
kaki,
ketiak, lipatan paha, muka dan kepala. Panau terutama ditemukan di daerah yang lembap
dan dilindungi pakaian.
h.
Pneumonia pneumocystis
(PCP) adalah bentuk pneumonia yang
disebabkan oleh fungi Pneumocystis jirovecii. Agen
yang menyebabkan pneumonia ini dideskripsikan sebagai protozoa dan disebut P.
jiroveci.[1][2] Nama tersebut didiskusikan dan
hasilnya, pneumonia pneumosistis juga diketahui sebagai pneumonia
pneumosistis jiroveci dan sebagai pneumonia pneumosistis carinii,
yang juga dijelaskan.
PENYAKIT
AKIBAT BAKTERI
Leptospirosis
adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang dapat
ditularkan dari hewan kemanusian atau sebaliknya (zoonosis). Leptospirosis dikenal juga
dengan nama Penyakit Weil, Demam Icterohemorrhage,
Penyakit Swineherd's, Demam pesawah (Ricefield fever), Demam
Pemotong tebu (Cane-cutter fever), Demam Lumpur, Jaundis berdarah, Penyakit Stuttgart, Demam Canicola, penyakit kuning non-virus,
penyakit air merah
pada anak sapi, dan tifus anjing.
Infeksi dalam bentuk subakut
tidak begitu memperlihatkan gejala klinis, sedangkan pada infeksi akut
ditandai dengan gejala sepsis, radang ginjal interstisial, anemia hemolitik, radang hati dan keguguran. Leptospirosis pada hewan
biasanya subklinis. Dalam keadaan ini, penderita tidak menunjukkan gejala
klinis penyakit. Leptospira bertahan dalam waktu yang lama di dalam ginjal hewan sehingga bakteri akan banyak dikeluarkan
hewan lewat air kencingnya. Leptospirosis pada hewan
dapat terjadi berbulan-bulan sedangkan pada manusia hanya bertahan selama 60 hari.
Manusia merupakan induk semang terakhir sehingga penularan
antar manusia jarang terjadi.
a.
Penyakit TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan
pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang
biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah),
dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh
sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti:
paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan
lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu
paru-paru.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru,
maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular
(bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC
ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri
itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di
sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant
(istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat
sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap
dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga
tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di
dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum
(dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan
sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak
dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial
ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat,
meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya
epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun,
virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam
terjadinya infeksi TBC.
b.
Penyakit
Maag
Penyakit Maag adalah penyakit
yang ditimbulkan oleh kelebihan asam yang diproduksi oleh lambung
yang menyebabkan iritasi di selaput lendir lambung. Dalam kondisi normal asam
diperlukan untuk membantu pencernaan dalam mengolah makanan yang kita makan.
Namun produksi asam di lambung dapat lebih besar dari yang dibutuhkan bila pola
hidup kita tidak teratur dan tidak sehat, misalnya :
- makan tidak teratur atau terlalu cepat
- makan makanan yang terlalu pedas dan berminyak
- Merokok dan banyak minum kopi/alcohol serta stress yang berlebihan.
Selain akibat gangguan keasaman lambung ada peran organisme
renik yaitu bakteri Helicobacter pylori sebagai penyebab lain dari sakit maag. Bakteri
ini mempunyai sifat luar biasa. Jika bakteri lain mati pada suasana asam dalam
lambung, Helicobacter pylori mampu bertahan hidup bahkan berkembang biak. Kuman
Helicobacter pylori dapat mengiritasi dinding lambung, sehingga menimbulkan
peradangan dan luka (ulkus). Akibat dinding lambung mengalami perlukaan,
penderita akan merasakan perih di bagian ulu hati.
c.
Bronchopneumonia
adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang
ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat.
Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif
yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat,
pernapasan meningkat). Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu
radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda
asing.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu
atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak
infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.
Etiologi
Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis.
Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis.
d.
Penyakit
Legiuner atau yang juga dikenal dengan Demam Legiun adalah bentuk yang
lebih parah dari pneumonia atau peradangan paru-paru. Di Indonesia sendiri
penyakit ini belum begitu populer, dan pertama kali terjadi di Philadelphia,
Amerika Serikat. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit ini, berikut
penjelasannya.
Wabah penyakit legiuner pertama kali terjadi pada 27 Juli 1976, ketika
banyak orang menghadiri konvensi dari Legiun Amerika di Hotel
Bellevue-Stratford di Philadelphia. Legiuner disebabkan oleh jenis bakteri yang
dikenal dengan nama Legionella.
Bakteri Legionella ditemukan secara alami di lingkungan, biasanya dalam
air. Bakteri tumbuh terbaik di air hangat, seperti jenis yang ditemukan di
kolam air panas, menara pendingin, tangki air panas, sistem pipa besar, atau
bagian dari sistem pendingin udara bangunan besar.
Apa
saja gejala penyakit legiuner?
Penyakit legiuner dapat memiliki gejala seperti bentuk lain dari
pneumonia, sehingga akan sulit untuk mendiagnosis pada awalnya. Tanda-tanda
penyakit ini dapat mencakup: demam tinggi, menggigil, dan batuk. Beberapa orang
mungkin juga menderita dari sakit otot dan sakit kepala. Gejala ini biasanya
mulai 2 sampai 14 hari setelah terkena bakteri. Infeksi ringan disebabkan oleh
sejenis bakteri Legionella disebut Pontiac Fever. Gejala Demam Pontiac biasanya
berlangsung selama 2 sampai 5 hari dan mungkin juga termasuk demam, sakit kepala,
dan nyeri otot, namun tidak ada pneumonia. Gejala pergi sendiri tanpa
pengobatan dan tanpa menimbulkan masalah lebih lanjut. Demam Pontiac dan
penyakit legiuner juga dapat disebut "Legionellosis"
(Lee-juh-ti-low-sis) secara terpisah atau bersama-sama.
e.
Penyakit
Meningitis
1. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus). Bakteri ini yang paling
umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak. Jenis bakteri ini juga
yang bisa menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga hidung (sinus).
2.
Neisseria meningitidis
(meningococcus). Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah
Streptococcus pneumoniae, Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran
nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran darah.
3. Haemophilus influenzae (haemophilus). Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang
juga dapat menyebabkan meningitis. Jenis virus ini sebagai penyebabnya infeksi
pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin
(Hib vaccine) telah membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus
meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini.
4. Listeria monocytogenes (listeria). Ini
merupakan salah satu jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan meningitis.
Bakteri ini dapat ditemukan dibanyak tempat, dalam debu dan dalam makanan yang
terkontaminasi. Makanan ini biasanya yang berjenis keju, hot dog dan daging
sandwich yang mana bakteri ini berasal dari hewan lokal (peliharaan).
5. Bakteri lainnya yang juga dapat menyebabkan meningitis adalah
Staphylococcus aureus dan Mycobacterium tuberculosis.
Berdasarkan bentuknya, bakteri
dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
- Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
- Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
- Diplococcus, jka berganda dua-dua
- Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
- Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
- Staphylococcus, jika bergerombol
- Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
- Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut:
- Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
- Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
- Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut:
- Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
- Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
- Spirochete, jika lengkung membentuk struktur yang fleksibel.
Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri
tetap merupakan sel tunggal yang dapat hidup mandiri bahkan saat terpisah dari
koloninya.
Berdasarkan tempat dan jumlah
flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
- Atrik, tidak mempunyai flagel.
- Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.
- Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.
- Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.
- Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUZ
a. Penyakit
Cacar (Herpes)
Penyakit Cacar atau yang disebut
sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis adalah penyakit radang kulit yang ditandai
dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit
Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes Genetalis dan Herpes Zoster.
Herpes Genetalis adalah infeksi atau peradangan (gelembung lecet) pada kulit
terutama dibagian kelamin (vagina, penis, termasuk dipintu dubur/anus serta
pantat dan pangkal paha/selangkangan) yang disebabkan virus herpes simplex
(VHS), Sedangkan Herpes Zoster atau dengan nama lain 'shingles' adalah infeksi
kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang menimbulkan gelembung
cairan hampir pada bagian seluruh tubuh.
Herpes zoster juga dikatakan
penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan dari pada chickenpox (cacar
air) karena virus yang menyerang adalah sama, Hanya terdapat perbedaan
dengan cacar air. Herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar
dan berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung, dahi
atau dada.
Cara Penularan Penyakit Cacar
(Herpes).
Secara umum, seluruh jenis penyakit
herpes dapat menular melalui kontak langsung. Namun pada herpes zoster, seperti
yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa melalui
bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang
pecah. Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui
prilaku sex. Sehingga penyakit Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian
mulut akibat oral sex. Gejalanya akan timbul dalam masa 7-21 hari setelah
seseorang mengalami kontak (terserang) virus varicella-zoster.
Seseorang yang pernah mengalami
cacar air dan kemudian sembuh, sebenarnya virus tidak 100% hilang dari dalam
tubuhnya, melainkan bersembunyi di dalam sel ganglion dorsalis sistem saraf
sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh (Immun) melemah, virus akan kembali
menyerang dalam bentuk Herpes zoster dimana gejala yang ditimbulkan sama dengan
penyakit cacar air (chickenpox). Bagi seseorang yang belum pernah mengalami
cacar air, apabila terserang virus varicella-zoster maka tidak langsung
mengalami penyakit herpes zoster akan tetapi mengalami cacar air terlebih
dahulu.
Tanda dan Gejala Penyakit Cacar
(Herpes).
Tanda dan gejala yang timbul akibat
serangan virus herpes secara umum adalah demam, menggigil, sesak napas, nyeri
dipersendian atau pegal di satu bagian rubuh, munculnya bintik kemerahan pada
kulit yang akhirnya membentuk sebuah gelembung cair. Keluhan lain yang kadang
dirasakan penderita adalah sakit perut.
Penanganan dan Pengobatan Penyakit
Cacar (Herpes)
Pada penderita penyakit cacar hal
yang terpenting adalah menjaga gelembung cairan tidak pecah agar tidak meninggalkan
bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman lain (infeksi sekunder), antara lain
dengan pemberian bedak talek yang membantu melicinkan kulit. Penderita
apabila tidak tahan dengan kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak mandi,
karena bisa menimbulkan shock.
Obat-obatan yang diberikan pada
penderita penyakit cacar ditujukan untuk mengurangi keluhan gejala yang ada
seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan paracetamol. Pemberian Acyclovir
tablet (Desciclovir, famciclovir, valacyclovir, dan penciclovir) sebagai
antiviral bertujuan untuk mengurangi demam, nyeri, komplikasi serta melindungi
seseorang dari ketidakmampuan daya tahan tubuh melawan virus herpes. Sebaiknya
pemberian obat Acyclovir saat timbulnya rasa nyeri atau rasa panas membakar
pada kulit, tidak perlu menunggu munculnya gelembung cairan (blisters).
Pada kondisi serius dimana daya
tahan tubuh sesorang sangat lemah, penderita penyakit cacar (herpes) sebaiknya
mendapatkan pengobatan terapy infus (IV) Acyclovir. Sebagai upaya pencegahan sebaiknya
seseorang mendapatkan imunisasi vaksin varisela zoster. Pada anak sehat usia 1
- 12 tahun diberikan satu kali. Imunasasi dapat diberikan satu kali lagi pada
masa pubertas untuk memantapkan kekebalan menjadi 60% - 80%. Setelah itu, untuk
menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali lagi saat dewasa. Kekebalan yang
didapat ini bisa bertahan sampai 10 tahun.
b. AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrom)
Penyakit
ini disebabkan oleh HIV (Human Immuno-deficiency Virus) yang menyerang
kekebalan tubuh. Virus ini menular melalui kontak cairan, antara lain aktivitas
hubungan seksual, pemakaian jarum suntik bekas penderita HIV, dan wanita
penderita HiV yang sedang mengandung janin.
c. Hepatitis
Penyakit
ini disebabkan oleh virus hepatitis A, hepatitis B, non A, dan non B.
d. Influenza
Penyakit
ini ditularkan oleh virus influenza melalui udara, menyerang saluran
pernapasan, akibatnya penderita mengalami kesulitan bernapas.
e. Campak
(Morbili)
Penyakit
ini disebabkan oleh morbivirus. Virus me¬nyerang bagian kulit, akibatnya pada
kulit muncul bercak-bercak merah disertai rasa gatal.
f.
Rabies
Penyakit
ini disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan hewan yang sudah
terkena rabies, antara lain: anjing, kucing, dan kera. Virus kemudian menyerang
sistem saraf yang menyebabkan pende¬rita mengalami gangguan saraf. Vaksin
rabies ditemukan oleh Louis Pasteur.
g. Kanker
(tumor ganas)
Penyakit ini disebabkan oleh virus onkogen. Virus
ini, menyebabkan sel pada tubuh bagian tertentu mengalami pembeiahan tanpa
terkendali, sehingga pada penderita stadium lanjut bagian tubuh tertentu yang
terkena kanker akan membentuk benjolan yang semakin membesar.
h. Demam
Ebola
Penyakit
ini disebabkan oleh virus ebola yang meng-akibatkan pendarahan pada seluruh
tubuh. Gejala penyakit ini adalah demam tinggi, muntah-muntah, mencret, nyeri
pada dada, kepala, dan otot. Masa inkubasi penyakit 2-21 hari.
Penyakit
yang disebabkan oleh virus dapat dicegah dengan vaksinasi. Vaksin adalah bibit
penyakit yang telah dilumpuhkan dan dikemas dalam cairan, kemudian disuntikkan.
Vaksin akan menstimulai tubuh membentuk antibodi.
Serum adalah darah manusia yang mengandung antibodi penyakit. Misal penderita campak akan diberi serum campak. Sehingga kekebalan pada penderita akan terbentuk dan dinamakan kekebalan pasif.
Serum adalah darah manusia yang mengandung antibodi penyakit. Misal penderita campak akan diberi serum campak. Sehingga kekebalan pada penderita akan terbentuk dan dinamakan kekebalan pasif.
i.
Herpes
Adanya pelepuhan kulit di seluruh
tubuh merupakan gejala awal yang ditimbulkan bila terinfeksi virus herpes.
Virus ini bisa berakibat kematian bagi bangsa primata. Manusia dapat tertular
dari gigitan atau cakaran satwa yang mengandung virus tersebut. Penderita
penyakit ini akan mengalami dehidrasi akibat pelepuhan kulit dan akhirnya kematian
akan menjemputnya. Hati-hati jika memelihara primata seperti monyet, lutung,
owa, siamang, orangutan, dan lain-lain. Bisa jadi primata yang anda pelihara
itu ternyata menderita herpes. Penyakit ini disebabkan oleh
herpesvirus. Gejalanya akan muncul bintik bernanah yang membahayakan pada
kulit, mata, mulut, dan alat kelamin.
PENYAKIT AKIBAT CACING
Selain
akibat serangan bakteri atau virus sebagai penyebab umum
penyakit ada juga parasit cacing yang dapat menimbulkan penyakit.
Ini lumrah terjadi di daerah tropis atau negara berkembang. Parasit
cacing akan mudah menimbulkan infeksi pada tubuh manusia karena dicetuskan oleh
berbagai faktor perilaku hygiene personal yang kurang bersih dan
sehat. Disamping itu juga akan dipermudah oleh karena kondisi sanitasi
lingkungan pemukiman penduduk yang buruk.
Tanpa
disadari parasit cacing berupa telur atau larvanya bisa melekat pada sela jari
dan kuku tangan yang tidak bersih. Demikian juga dapat menempel pada bahan
makanan yang akan dikonsumsi sehingga bisa menyebabkan gangguan pencernaan.
Pada beberapa keadaan lingkungan, larva cacing dapat menginfeksi lewat kontak
langsung menembus kulit sehingga dapat bermigrasi menuju organ vital seperti
pembuluh darah, pembuluh limfe, hati, paru-paru dan jantung.
Berikut
ini ringkasan dari berbagai sumber beberapa jenis penyakit yang umum terjadi
akibat invasi (serangan) parasit cacing :
- Ascaris = Penyakit Cacing Gelang.
Parasit
penyebabnya Ascaris lumbricoides yang dapat menimbulkan keluhan mual,
nafsu makan berkurang, diare, keluar cacing dewasa dari tinja atau muntahan.
- Anchilostomiasis = Penyakit Cacing Tambang.
Parasit
penyebabnya Ancylostoma duodenale. Larvanya dapat menembus kulit dan
dapat menimbulkan keluhan gatal, letih, lesu, kekurangan darah (anemia).
- Enterobiasis = Penyakit Cacing Kremi.
Parasit
penyebabnya Enterobius vermicularis. Parasit ini seringkali
menimbulkan keluhan gatal-gatal pada daerah sekitar lubang pantat (anus).
- Taeniasis = Penyakit Cacing Pita.
Parasit
penyebabnya Taenia saginata (daging sapi) atau Taenia soleum (daging
babi) dapat menimbulkan keluhan mual, muntah, diare atau sembelit serta dapat
pula keluar cacing seperti lembaran pita ketika BAB.
- Trikuriasis = Penyakit Cacing Cambuk.
Parasit
penyebabnya Trichuris trichiura yang dapat menimbulkan keluhan mual,
muntah, diare atau sembelit, nyeri perut dan penurunan berat badan.
Salah
satu parasit penyebabnya Brugia malayi yang dapat menimbulkan
keluhan sumbatan pada pembuluh limfe, pembengkakan kaki sehingga disebut juga
penyakit kaki gajah (elephantiasis).
Prinsip
penangananya semua jenis penyakit akibat serangan parasit cacing tersebut pada
dasarnya sama, yakni pemberian obat anti cacing
(anthelmintika), misalnya: mebendazole, albendazole atau pirantel
pamoate dengan dosis tunggal atau dosis rumatan (maintenance)
menurut usia dan berat badan dan sebaiknya dikonsultasikan pada ahli kesehatan.
Sedangkan yang paling penting adalah pencegahannya yaitu Melalui kesadaran
menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat, denagn cara:
- Membiasakan mencuci tangan yang benar.
- Mengolah makanan dengan baik.
- Menjaga kebersihan lingkungan pemukiman.
1.
Robert
H. Gates (2003). Infectious disease secrets. Hanley & Belfus. ISBN 978-1-56053-543-0.Page.194-195
2.
Buku Kantong Biologi SMA, Oleh Nuri
Handayani, S.Si
4.
http://sudiantoaditya.blogspot.com/2012/01/9-penyakit-akibat-virus.html
5.
Frank
J. Domino (2006). The 5-Minute Clinical Consult. Lippincott Williams
& Wilkins. ISBN 978-0-7817-6334-9.Page.160-161
6.
Redhead
SA, Cushion MT, Frenkel JK, Stringer JR (2006). "Pneumocystis and Trypanosoma
cruzi: nomenclature and typifications". J Eukaryot Microbiol 53
(1): 2–11. PMID 16441572.
7.
Cushion
MT . (1998). Chapter 34. Pneumocystis carinii. In: Collier, L.,
Balows, A. & Sussman, M. (ed.), Topley and Wilson's Microbiology and
Microbial Infections 9th ed. Arnold and Oxford Press, New York.. pp.
645–683.
8.
Cushion
MT (2004). "Pneumocystis: unraveling the cloak of obscurity". Trends
Microbiol 12 (5): 243–249.
9. Hatta
M (Maret 2002). "Detection of IgM to Leptospira Agent with ELISA ang
Leptodipstick Method". Jurnal Kedokteran dan Kesehatan FK Universitas
Tarumanegara
10. Bovet
P (1999). "Factor Assosiated with Clinical Leptospirosis, A Population
Based Control Study in Seychelles". American Journal Tropical Medicine
and Hygiene