Sabtu, 13 Agustus 2011

Laporan magang Di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Kualitas sebuah perguruan tinggi dapat dilihat dari kemampuan alumninya dalam mengaplikasikan ilmunya di lapangan, namun pada kenyataanya banyak alumni dari perguruan tinggi yang dianggap berkualitas gagal dalam mengaplikasikan ilmunya di lapangan, Idealisme ilmu yang diperolehnya kadang tidak relefan dengan kondisi sosial lapangan kerja yang cukup dinamis.
Untuk itu, kami sebagai mahasiswa Universitas Indonesia Timur Makassar Khususnya FKM menyelesaikan pendidikan diwajibkan melaksanakan kegiatan magang di instansi sesuai dengan jurusan yang diprogramkan.
Sebagai Perguruan Tinggi yang relatif masih muda, Universitas Indonesia Timur perlu senantiasa meningkatkan mutu pendidikannya. Khususnya Fakultas Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu fakultas yang diharapkan dapat menghasilkan sarjana kesehatan berkualitas dan memiliki kemampuan kompetitif yang signifikan dengan perkembangan dunia kerja. Untuk meningkatkan kompetensi lulusan, diupayakan setiap mahasiswa yang akan menyelesaikan studi harus mengikuti program magang sebagai salah satu mata kuliah pendukung. Program Magang Mahasiswa merupakan kegiatan mahasiswa untuk belajar dari pengalaman kerja praktis di suatu perusahaan/Instansi. Dengan adanya program ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan dengan  melakukan identifikasi permasalahan, analisis dan penyelesaian permasalahan, proses produksi dan pengelolaan limbah, Survailans serta penerapan ilmu dan teknologi, khususnya Ilmu didalam bidang kesehatan masyarakat.
Program Magang Mahasiswa ini dipandang perlu untuk lebih mendekatkan dunia perguruan tinggi dengan dunia kerja serta adanya keterkaitan dan kesepadanan antara teori dan praktek di lapangan. Untuk hal tersebut, Fakultas Kesehatan Masyarakat akan melakukan penyesuaian-penyesuaian materi perkuliahan dengan perkembangan dunia kerja yang mendukung perluasan wawasan serta kemampuan individu mahasiswa.
B.     Tujuan Magang
1.    Tujuan Umum
Memberikan pengalaman praktis lapangan kepada mahasiswa dengan cara ikut serta sehari-hari sebagai integral organisasi dalam suatu perusahaan.
2.      Tujuan Khusus
a.       Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang dunia kerja, baik dalam hal konsep keilmuannya maupun aplikasi praktisnya.
b.      Mengembangkan wawasan dunia kerja bagi mahasiswa, agar dapat meningkatkan adaptasi kepribadian dan sosial kemasyarakatan.
c.       Meningkatkan kemampuan analisa mahasiswa, khususnya terhadap masalah kesehatan masyarakat.
d.      Menggali hubungan keterkaitan dan kesepadanan antara perguruan tinggi dan dunia kerja.
C.    Manfaat Magang
1.      Bagi Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi dalam hal ini Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Timur dapat memperkaya khasanah dunia kerja melalui informasi yang diperoleh dari lapangan. Sehingga dapat melakukan penyesuaian materi perkuliahan terhadap tuntutan dunia kerja yang pada akhirnya dapat menghasilkan lulusan yang lebih kompetitif.
2.      Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto
Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto sebagai lokasi magang mahasiswa mendapatkan bantuan pegawai yang masih idealisme dan penuh dengan ilmu-ilmu segar yang baru dipelajari dari bangku perkuliahan.
3.      Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menimba pelajaran praktis dari lapangan dan membandingkan ilmu yang diperoleh dengan dunia kerja yang sesungguhnya. Sehingga dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi kompetisi pasca pendidikan.
BAB II
GAMBARAN UMUM
DINAS KESEHATAN KABUPATEN JENEPONTO

A.    Gambaran Umum Kabupaten Jeneponto
  1. Keadaan Geografi
Kabupaten Jeneponto dengan ibukota Binamu merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, yang mempunyai sejarah, budaya dan moral yang sangat tinggi sejak 138 tahun yang lalu, yaitu sejak kelahirannya pada tanggal 01 Mei 1863. Aspek yang telah mengkristal tersebut yaitu Sipakatau dan A’bulo Sibatang Accera Sitongka-tongka.
Kabupaten Jeneponto memiliki luas wilayah sebesar 749,8 km2, dimana luas wilayah Kabupaten Jeneponto hanya 1,20% dari luas Sulawesi Selatan sebesar 62.361,71 km2. Kecamatan Bangkala Barat dan Kecamatan Bangkala dengan luas masing-masing 153,0 km2 dan 121,8 kmyang mencakup 36,65% dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Jeneponto. Secara administrasi pemerintahan terbagi atas 11 Kecamatan, 86 desa dan 27 Kelurahan. Adapun batas-batas wilayahnya sebagai berikut :
Sebelah Utara           : berbatasan dengan Kab. Gowa & Kab. Takalar.
Sebelah Timur          : berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng.
Sebelah Selatan        : berbatasan dengan Laut Flores.
Sebelah Barat           : berbatasan dengan Kabupaten Takalar.
Kabupaten Jeneponto terdiri dari :
a.       Bagian utara terdiri dari dataran tinggi dan bukit-bukit dengan ketinggian 500 – 1.400 m diatas permukaan laut.
b.      Bagian tengah meliputi  dataran dengan ketinggian 100 – 500 m diatas permukaan laut.
c.       Bagian selatan wilayah dataran rendah dengan ketinggia 0 – 150 m diatas permukaan laut.

  1. Keadaan Penduduk
Kependudukan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi masalah kesehatan, baik dari segi jumlah (kuantitas), pertumbuhan, struktur umum, morbiditas dan mata pencaharian penduduk. Bidang kependudukan diarahkan untuk pengendalian kuantitas, pengembangan kualitas dan pengerahan mobilitas. Masalah utama kependudukan di Indonesia, pada dasarnya meliputi 3 hal penting yaitu jumlah penduduk yang besar, komposisi penduduk yang kurang menguntungkan (proporsi penduduk berusia muda masih relative tinggi) dan persebaran penduduk yang kurang merata.
Menurut data BPS Kabupaten Jeneponto, pada tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Jeneponto sebanyak 334.175 jiwa. Rasio jenis kelamin memperlihatkan perkembangan penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu perbandingan penduduk kelamin laki-laki dan penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin pada tahun 2009 yaitu 93,4% sama dengan tahun lalu.
Table 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Kabupaten Jeneponto Tahun 2010
Jenis Kelamin
n
%
Laki – Laki
Perempuan
161414
172761
48,3
51,7
Jumlah
334175
100,0
Sumber : Data Sekunder 2010
Tabel 1 menunjukkan bahwa penduduk dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 48,3% dan jenis kelamin perempuan sebanyak 51,7%.
  1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan yang ditamatkan merupakan indicator pokok kualitas pendidikan formal. Sulawesi Selatan pada tahun 2002, persentase penduduk yang tamat SD 23,36% dan yang tidak tamat SD sekitar 58,76%. Persentase penduduk di Kabupaten Jeneponto tahun 2009 yang melek huruf sebesar 79,1%, dimana persentase melek huruf untuk laki-laki sebesar 81,5% dan perempuan sebesar 76,9%.
  1. Keadaan Ekonomi
            Product Domestic Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah. Hal ini didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu satu tahun di wilayah tersebut.
5.      Sarana dan      Prasarana Pelayanan Kesehatan
a.       Data Sarana Pelayanan Kesehatan (Pemerintah dan Swasta)
Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Jeneponto terdiri dari:
1.      Puskesmas                               : 18
2.      Rumah Sakit                             : 1
3.      Rumah Sakit Swasta                 : 0
4.      Pustu                                        : 71
5.      Polindes                              : 43
b.      Data dasar Petugas kesehatan (Dokter, Bidan, Perawat) di Instansi Swasta maupun Negeri
No
Sarana Kesehatan
Spesifikasi Tenaga
Jumlah
Dokter
Perawat
Bidan
Non Paramedis
1
RSU
15
60
20
19
114
2
Puskesmas
22
115
81
70
288
Jumlah
37
175
101
89
402

6.      Visi Dan Misi Kabupaten Jeneponto
Visi     : terwujudnya masyarakat jeneponto yang sejahtera dan bermartabat.
Misi     :   1. Memperkuat kelembagaan pemerintah dan masyarakat
                2.  Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat.
                3.  Meningkatkan sarana dan prasarana wilayah secara merata.
                4. Memperkuat dan memberdayakan ekonomi kerakyatan
B.     Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang pemerintahan daerah yang ditindak lanjuti dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah yang memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah baik propinsi, kabupaten dan kota menyusun dan menetapkan organisasi perangkat daerahnya sesuai kebutuhan.
Sejalan dengan hal tersebut diatas, Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto sebagai organisasi yang menangani bidang kesehatan menyikapinya dengan berusaha untuk melakukan pembenahan organisasi kelembagaan. Seperti diketahui bahwa bidang tugas Dinas Kesehatan berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan di masyarakat dan sangat terkait dengan unit-unit kerja lainnya, untuk itu dituntut kinerja aparat (petugas Kesehatan) serta dukungan administrasi dan pembiayaan yang memadai dari organisasi/lembaga.
1.      Sumber Daya Organisasi
Jumlah pegawai Dinas Kesehatan adalah sebanyak 444 orang yang terdiri dari pegawai negeri 420 orang, tenaga kontrak 1 orang dan tenaga sukarela 23 orang. Tingkat pendidikan pegawai Dinas Kesehatan belum memadai. Dari 588 orang PNS, 14 orang telah menyelesaikan master (S2) dan 7 orang sementara pendidikan, sarjana 125 orang, Diploma tiga 256 orang dan SMA sebanyak 177, SMP sebanyak 11 orang, SD sebanyak 5 orang. Dari 588 orang tenaga kesehatan terdiri dari tenaga Medis 36 orang, tenaga Paramedis sebanyak 304 orang, tenaga non medis sebanyak 159 orang dan tenaga non kesehatan sebanyak 78 orang. Sedangkan pangkat/golongan sebagian besar golongan III yaitu sebanyak 306 orang serta golongan II sebanyak 271 orang.
2.      Lingkungan Strategis
Organisasi Dinas Kesehatan dalam perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan strategis, yang terdiri atas lingkungan internal dan lingkungan Eksternal.
a.      Lingkungan Internal
Lingkungan internal merupakan factor lingkungan yang berpengaruh pada kinerja organisasi yang dititik beratkan pada :
1.      Sumber Daya Organisasi
Sumber daya manusia adalah sumber daya aparatur (pegawai) yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan yang merupakan kekuatan organisasi dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi.
Dalam perkembangannya Organisasi Dinas Kesehatan pada tahun 2009 didukung oleh pegawai berjumlah 588 orang. Bila dilihat dari jenis ketenagaannya Pegawai Dinas Kesehatan terdiri dari tenaga Medis sebanyak 36 orang, tenaga Paramedis sebanyak 304 orang, tenaga non medis sebanyak 159 orang dan tenaga Non Kesehatan sebanyak 78 orang. Berdasarkan latar belakang pendidikan jumlah tenaga kesehatan adalah sebagai berikut :
1.    SD                                    = 5 orang
2.    SLTP                                = 11 orang
3.    SLTA                               = 177 orang
4.    Sarjana Muda                   = 256 orang
5.    Sarjana                             = 125 orang
6.    Magister (S2)                   = 14 orang
2.      Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia di Organisasi Dinas Kesehatan antara lain, Rumah Sakit 1 unit, Puskesmas 18 unit, Pustu 55 unit, GFK 1 unit, Puskesmas Keliling 18 unit, Posyandu 408 unit, Poskesdes 49 unit dan Balai Pengobatan 1 unit. Dari segi sarana dan prasarana sudah cukup memadai untuk menjangkau pelayanan utamanya masyarakat yang jauh dari pusat pelayanan.
3.      Sumber Pembiayaan
Untuk menjalankan kegiatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto digunakan dana/anggaran yang bersumber dari APBD Kabupaten Jeneponto, APBD Tk. I, dan APBN.
4.      Organisasi Kelembagaan
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah disempurnakanlah struktur organisasi.
b.      Lingkungan Eksternal
Lingkungan Eksternal merupakan factor lingkungan yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi akan tetapi merupakan factor di luar organisasi. Menyikapi lingkungan eksternal, kondisi sosial ekonomi dan politik merupakan faktor dominan yang sangat mempengaruhi kinerja organisasi.
Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan pelaksanaannya perlu mendapat dukungan dari masyarakat. Oleh karena itu aspirasi masyarakat harus disikapi secara professional, karena merupakan wujud dari partisipasi masyarakat sebagai objek dan pelaku pembangunan itu sendiri.
Untuk mewujudkan iklim yang kondusif dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan, dituntut adanya transparansi, lebih realistis serta dapat dipertanggung jawabkan, sebab kondisi masyarakat sekarang ini semakin kritis dalam menerima setiap perkembangan pembangunan kesehatan.
3.      Visi dan Misi
a.       Visi
Visi merupakan cara pandang jauh kedepan tentang kemana Dinas Kesehatan akan diarahkan dan apa yang akan dicapai. Adapun visi Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto adalah :
” Jeneponto Mandiri Untuk Hidup Sehat Menuju Masyarakat Yang Sejahtera Dan Bermartabat”.
Penjabaran makna dari Visi Dinas Kesehatan tersebut adalah sebagai berikut :
Mandiri         :  adalah sikap masyarakat Jeneponto yang ditandai dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan kesehatannya dengan mengandalkan potensi dan kemampuan yang dimiliki untuk mampu memenuhi kebutuhan kesehatan serta mengambil keputusan dan tindakan dalam penanganan masalah kesehatan.
Hidup Sehat             :  adalah kehidupan masyarakat yang bebas dari segala macam masalah akibat penyakit dan gangguan kesehatan lainnya serta dapat melakukan aktivitas secara produktif.
Sejahtera       : adalah kondisi masyarakat Jeneponto yang secara lahir dan bathin merasa aman, nyaman karena terbebas dari masalah kesehatan perorangan dan masyarakat.
Bermartabat  : adalah tekad masyarakat Jeneponto untuk berdiri sejajar dengan daerah lain di Sulawesi Selatan yang lebih maju, ditunjukkan melalui meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) khususnya peningkatan derajat kesehatan dan Umur Harapan Hidup (UHH).
b.      Misi
Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto adalah sebagai berikut :
1.      Mendorong kemandirian dan pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
2.      Menciptakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
3.      Mengembangkan kerja sama lintas sektor bagi para pelaku pembangunan sector kesehatan.
4.      Meningkatkan upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan.
BAB III
KEGIATAN MAGANG

A.    Pelaksanaan Magang
Pelaksanaan kegiatan magang yang dilaksanakan oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Timur Makassar dimulai pada tanggal 01 - 30 juli yang bertempat di Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan. Kemudian mahasiswa ditempatkan di bagian Survailans.
Kegiatan magang ini dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran mengenai pelaksanaan survailans Epidemiologi penyakit menular (PM) khususnya penyakit DBD, Diare dan ILI (influensa like illness) serta penyakit tidak menular (PTM) lainnya seperti hipertensi di Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto pada tahun 2008-2010, Dengan melihat hasil pengamatan, Pencacatan, Pelaporan, pengolahan dan analisis Data, serta melihat gambaran Distribusi penyakit DBD, Diare dan ILI berdasarkan Orang (umur dan jenis kelamin), Waktu (bulan dan tahun), dan tempat (per Kecamatan). Adapun hasil yang diperoleh dari kegiatan Magang ini adalah pelaksanaan P2M Survailans penyakit DBD, Diare dan ILI (Influensa like illness).
1.    P2M Survailans penyakit DBD, Diare dan ILI
a.      Gambaran penyakit DBD, Diare dan ILI
1)      Pengamatan
Tujuan dari pengamatan yang dilakukan oleh petugas Survailans adalah mengumpulkan dan menganalisis data angka kesakitan sehingga dapat dilakukan tindakan, pencegahan serta penanggulangannya. Secara umum kegiatan pengamatan penyakit menular dan tidak menular yang dilakukan oleh petugas Survailans di Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto bersifat aktif dan pasif. Untuk laporan bulanan Rumah Sakit, petugas Survailans melakukan Survailans aktif dengan datang secara langsung ke Rumah Sakit.
2)      Pencacatan
Kegiatan pencacatan penyakit DBD dan Diare dilakukan dengan cara mengisi format yang ada. Kegiatan ini dilakukan oleh Survailans dan pemegang program pemberantasan penyakit DBD, Diare dan ILI dimana laporan kasus disesuaikan dengan tanggal masuk penderita.
3)      Pengumpulan data
Tujuan pengumpulan data yaitu untuk menentukan kelompok yang beresiko tinggi terhadap penuakit DBD dan Diare  serta menentukan jenis dan karakteristik (penyebab), pencacatan kejadian penyakit dan penentuan KLB terhadap penyakit tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan merekap laporan STP PKM atau STP RS yang kemudian direkap menjadi laporan bulanan dan tahunan.
4)      Kompilasi data
Kompilasi data diperlukan untuk membuat pengelompokan/spesifikasi data yang dilakukan untuk kepentingan analisis. Di Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto telah melakukan kompilasi data. Data yang dimasukkan pada format laporan mingguan, bulanan dan tahunan. Kemudian dibuat berdasarkan Orang (umur dan jenis kelamin), Place (waktu dan tempat) serta Mapping berdasarkan wilayah kecamatan khususnya penyakit DBD, Diare dam ILI.
5)      Pengolahan dan Analisis Data
Petugas Survailans di Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto melakukan pengolahan data untuk penyakit DBD, Diare dan ILI pada tahun 2008-2010 dengan baik karena dilakukan dengan cara komputerisasi yang menggunakan Sofware SPSS, GIS(areview) dan Definfo sehingga memudahkan dalam pengolahan dan analisis Data.
6)      Diseminasi
Kegiatan pelaporan penyakit DBD, Diare dan ILI di Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto dilaporkan setiap bulan mulai tanggal 01 - 08 ke Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto. Data yang telah diolah di Analisis serta dibuatkan Mapping yang biasa ditampilkan pameran ataupun Seminar.
7)      Pelaporan
Kegiatan pelaporran yang di lakukan oleh petugas Survailans telah dilaksanakan sebagaimana mestinya yaitu melaporkan semua Data Penyakit. Ketetapan laporan mingguan paling lambat hari Rabu laporan harus sudah masuk. Ketetapan laporan perbulannya ditetapkan sampai tanggal 08 sehingga laporan harus masuk sebelum tanggal yang telah ditentukan.
8)      Intervensi
Adapun Intervensi yang ada di Dinas kesehatan Kabupatan Jeneponto dilakukan berdasarkan program-program yang ada. Program-program P2M misalnya, Untuk penyakit DBD seperti PE (Penyelidikan Epidemiologi), Survey aktif Rumah Sakit, Survey Jentik, Abatesasi, Penanggulangan Focus (fogging), Penyuluhan 3M, Evaluasi dan Pemantauan.
Untuk penyakit Diare antara lain SKD (sistem kewaspadaan dini),Membentuk TGC (Tim gerak cepat), Penuluhan Kesehatan Masyarakat, peningkata kegiatan laboratorium dan Evaluasi sanitasi sedangkan untuk Program-program ILI (influenza like illness) salah satunya adalah berupa penyuluhan/sosialisasi serta program-program pemberian vaksinasi.
9)      Evaluasi
            Kegiatan Evaluasi dimulai dari pengamatan sampai dengan pelaporan tidak dilakukan oleh petugas survailans sedangkan pemegang program pemberantasan DBD (P2B2) dan Diare (SKD) melakukan evaluasi dan monitoring program ditingkat Kabupaten.
2.    Gambaran Penyakit DBD, Diare dan ILI berdasarkan atribut survailans.
a.       Kesederhanaan
Kesederhanaan sistem survailans Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto mencakup sistem pencatatan dan pelaporan yang jelas, terdiri dari laporan STP PKM dan STP RS serta laporan Mingguan wabah (W2).
b.      Fleksibilitas
Suatu sistem survailans harus dapat mennyesuaikan diri dengan perubahan informasi yang dibutuhkan atau situasi pelaksanan tanpa disertai peningkatan yang berarti akan kebutuhan biaya, tenaga dan waktu. Sistem survailans penyakit DBD, Diare dan ILI di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto tergolong fleksibelkarena mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan informasi yang dibutuhkan.
c.       Akseptability
Sistem survailans penyakit DBD, Diare dan ILI di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto memiliki aksebtabilitas yang tinggi karena hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi tenaga survailans serta kelengkapan formulir pelapiran.
d.      Sensitivitas
Sensitivitas suatu sistem dapat dilihat dalam dua tingkatan yaitu; pertama, tingkatan pada tingkat pengumpulan data, dan proporsi kasus yang dideteksi oleh sistem survailand Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto yang berjalan dengan cukup baik. Tingkatan ke dua yaitu kemampuan sistem untuk menafsirkan dan menilai KLB.
e.       Nilai Prediksi Positif
Proporsi orang-orang yang diidentifikasi sebagai kasus yang sesungguhnya, di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto dapat dilihat nilai prediktif positifnya karena memiliki diagnosis yang jelas antara kasus dan tersangka.
f.       Representatif
Dapat menguraikan dengan tepat berbagai kejadian atau peristiwa kesehatan atau penyakit sepanjang waktu termasuk penyebarannyadalam populasi menurut waktu dan tempat. Sistem survailans penyakit DBD, Diare dan ILI di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto ini cukup representatf dimana data kasus DBD, Diare, dan ILI digambarkan secara cukup akurat menurut waktu dan tempat dalam buku rekapitulasi penyakit.
g.      Ketetapan waktu
Dapat dinilai dalam hal tersedianya informasi untuk penanggulangan penyakit, baik yang bersifat upaya yang sesegera mungkin maupun yang bersifat perencanaan jangka panjang. Ketetapan pelaporan survailans DBD, Diare dan ILI menggunakan pelaporan STP (survailans terpadu puskesmas) dari segi waktu pelaporan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan  petugas survailans.
3.    Gambaran Bagian survailans di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto
Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto khususnya di bagian Survailans memiliki 9 orang pegawai yang terdiri dari kepala seksi, bagian TB Kusta 2 orang, bagian survailang 2 orang, bagian Imunisasi, DBD, Diare, dan ILI masing-masing 1 orang.
a.      Program-program yang ada dibagian P2ML terdiri atas:
1.      P2ML (Pemberantasan penyakit menular langsung)
Seperti; Penyakit TB Paru, Kusta, kelamin,prambosia, ISPA dan Typoid.
2.      P2B2 (Pemberantasan penyakit menular melalui Binatang)
Seperti; Penyakit DBD, Malaria, Rabies dan Filariasis
3.      SEPIN KESMAS seperti Survailans Epidemiologi dan Imunisasi.
4.      Kesehatan Mantra misalnya kesehatan Haji dan penanggulangan Bencana.
b.      PTM (Penyakit tidak menular)
Sesuai dengan program Pemerintah provinsi tentang PTM yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto adalah Hipertensi, PPOK (Penyakit paru Obstruksi Kronik), Kecelakaan Lalu Lintas, Diabetes Melitus, Penyakit Jantung Koroner dan Tumor/kanker.
c.       Gambaran epidemiologi Penyakit DBD
1.      Menurut orang
Untuk gambaran Epidemiologi Penyakit DBD berdasarkan orang diambil karakteristik jenis kelamin dan umur.
2.      Jenis Kelamin
Tabel 2. Distribusi penderita DBD Menurut  jenis kelamin
di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto 2008-2010

Jenis Kelamin
Tahun
2008
2009
2010
N
%
N
%
N
%
Laki-laki
Perempuan
490
47’7
485
53,3
492
50,5
538
52,3
525
57,7
582
59,5
Jumlah
1028
100
910
100
974
100
      Sumber: Data sekunder, 2010
Tabel 2 menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki di Kabupaten Jeneponto tertinggi pada Tahun 2009 sebanyak 53,3% dan terendah pada tahun tahun 2008 sebayak 47,7 sedangkan jenis kelamin perempuan tertiggi pada tahun 2010 sebanyak 59,5% dan terendah pada tahun 2008 sebanyak 52,3%.
3.      Umur
Tabel 3. Distribusi Penderita DBD Menurut Golongan Umur
Di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto 2008 - 2010

Golongan Umur
Tahun
2008
2009
2010
N
%
N
%
N
%

<1 Thn

1-4 Thn

5-9 Thn

10-14 Thn

>15 Thn


7

208

528

242

43


0,68

21,23

51,36

24,54

4,18

3

219

429

221

38

0,32

23,0

47,14

24,28

4,17

15

193

453

223

69

1,54

19,81

46,50

22,99

7,08
Jumlah
1028
100
910
100
974
100
Sumber: Data Sekunder, 2010
Tabel 3 menunjukkan bahwa di Kabupaten Jeneponto pada tahun 2008 penderita penyakit DBD tertinggi pada kelompok umur 5-9 tahun sebanyak 51,36% dan terendah pada kelompok umur <1 tahun  sebanyak 0,68%, pada tahun 2009 tertinggi pada kelompok 1-4 tahun sebanyak 23,0% dan terendah kelompok umur <1 tahun sebanyak 0,32 dan pada tahun 2010 tertinggi pada kelompok umur 5-9 tahun sebanyak 46,50% dan terendah kelompok umur >15 tahun sebanyak 7,08%.
4.      Distribusi menurut waktu
a.       Bulan
Tabel 4. Distribusi Penderita DBD Menurut Bulan
Di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2010

Bulan
Tahun
2008
2009
2010
N
%
N
%
N
%

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

131
131
122
107
138
117
80
32
9
11
17
133

12,74
12,74
11,86
10,40
13,42
11,38
7,78
3,11
0,68
1,07
1,65
12,93

147
10
69
44
30
34
33
23
53
124
104
144

16,15
1,09
7,58
4,83
3,29
3,73
3,62
2,52
5,82
13,62
11,42
15,82

130
89
72
82
73
110
70
94
61
87
106
-

13,34
9,13
7,39
8,41
7,49
11,29
7,18
9,65
6,26
8,93
10,88
-
Jumlah
1028
100
910
100
975
100
Sumber: Data Sekunder, 2010
Tabel 4 menunjukkan Pada tahun 2008 penderita DBD tertinggi pada bulan Mei sebanyak 13,42% dan terendah pada bulan September sebanyak 0,68%, Pada tahun 2009 tertinggi pada bulan Januari sebanyak 16,15% dan terandah pada bulan Februari sebanyak 1,09%, Pada tahun 2010 tertinggi pada bulan Januari sebanyak 13,34% dan terendah pada bulan september sebanyak 6,26%.
b.      Kasus kejadian penyakit tersebut mengalami Fluktuasi karena pada tahun 2008 angka penderita DBD sangat signifikan tingginya,  kemudian menurun pada tahun 2009 dan sedikit meningkat  pada tahun 2010. Hal ini dapat berarti bahwa upaya Promotif dan Preventif penyakit DBD tidak secara maksimal dan konfrehensif atau berkesinambungan dilakukan.
c.       Distribusi Menurut kecamatan
Tabel 5. Distribusi Penderita DBD menurut kecamatan
Di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto
Tahun 2008-2010

Kecamatan
Tahun
2008
2009
2010
N
%
N
%
N
%
Binamu
Tamalatea
Bontoramba
Bangkala
Bangkala Barat
Turatea
Kelara
Rumbia
Batang
Arungkeke
Taroang
211
48
97
440
33
27
23
28
14
28
79
20,52
4,66
9,43
42,80
3,21
2,62
2,23
2,72
1,36
2,72
7,68
92
60
80
202
70
60
80
58
61
52
95
10,10
6,59
8,79
22,19
8,35
6,59
8,79
6,37
6,70
5,71
10,43
102
60
92
189
70
81
78
71
61
75
95
10,46
6,15
9,43
19,38
7,17
8,30
8
7,28
6,25
7,69
9,74
Jumlah
1028
100,00
910
100,00
975
100,00
              Sumber: Data Sekunder, 2010
Tabel 5 menunjukkan Bahwa di Kabupaten Jeneponto pada tahun 2008 penderita DBD tertinggi di Kecamatan Bangkala sebanyak 42,80% dan terendah di Kecamatan Batang sebanyak 1,36%. Pada tahun 2009 tertinggi di kecamatan Bangkala sebanyak 22,19% dan terendah di kecamatan Arungkeke sebanyak 5,71%, dan pada tahun 2010 tertinggi di kecamatan Bangkala sebanyak 19,38% dan terendah di kecamatan Batang sebanyak 6,25%
d.      Insiden  Rate Penyakit Diare
Tabel 6. Distribusi Insiden Rate Penderita Diare Di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2010
Kecamatan
IR 2008
IR 2009
IR 2010
Binamu
Tamalatea
Bontoramba
Bangkala
Bangkala Barat
Turatea
Kelara
Rumbia
Togo-togo
Arungkeke
Taroang
-
16,8
12,6
-
-
-
99,0
46,0
192,9
51,8
61,7
-
14,0
-
-
6,8
17,2
17,2
32,7
104,1
103,2
122,9
-
41,5
-
17,2
-
85,1
51,0
25,9
67,4
196,7
167,6
Jumlah
147,6
130,1
138,0
Sumber: Data Sekunder, 2010
Tabel 6 menunjukkan bahwa Insiden Rate Diare di Kabupaten Jeneponto pada tahun 2008 tertinggi di Kecamatan Togo-togo sebanyak 192,9% dan terendah di Kecamatan Bontoramba sebanyak 12,6%, Pada tahun 2009 tertinggi di kecamatan Taroang sebanyak 122,9% dan terendah di kecamatan Bangkala Barat sebanyak 6,8%, dan pada tahun 2010 tertinggi dikecamatan Arungkeke sebanyak 196,7% dan terendah dikecamatan Bangkala sebanyak 17,2%
B.     Pembahasan
1.        Gambaran Epidemiologi penyakit DBD
a.    Distribusi menurut orang (jenis kelamin dan umur)
             Perbedaan sifat dan keadaan karakteristik individu secara tidak langsung dapat memberikan perbedaan pada sifat/keadaan keterpaparan maupun derajat resiko serta reaksi individu terhadap keadaan keterpaparan sangat bervariatif. Distribusi penderita Diare menurut jenis kelamin Di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto pada tahun 2008 sebanayak 47,60%, pada tahun 2009 tertinggi pada perempuan, hal ini diakibatkan karena system Immun yang dimiliki perempuan lebih rendah daripada laki-laki (Soegijanto S, 2003; Sustini F, 2004). Sedangkan distribusi penderita Diare  pada tahun 2008-2010 berdasarkan umur tertinggi pada kelompok umur >45 tahun, hal ini disebabkan pada usia tersebut lebih banyak melakukan aktivitas diluar rumah sehingga makanan dan minuman yang di konsumsi sebagian besar sudah tidah Higienis.
b.    Distribusi menurut waktu
Perubahan pola penyakit serta keadaan penyakit penyakit sangat dipengaruhi oleh waktu, baik perubahan yang berlangsung dalam waktu singkat maupun perubahan yang terjadi secara periodik. Jika dilihat Distribusi penderita penyakit Diare pada tahun 2008 tertinggi pada bulan Oktober sebanyak 10,62%, pada tahun 2009 tertinggi pada bulan November sebanyak 10,27% dan pada tahun 2010 tertinggi pada bulan Mei sebanyak 9,98%. Hal demikian di karenakan pada bulan tersebut merupakan musim penghujan sehingga keadaan lingkungan sekitar tercemar sehingga dapat mencemari makanan serta minuman yang akan dikonsumsi.
c.    Distribusi menurut Kecamatan
            Perbedaan keadaan penyakit dalam masyarakat  dapat disebabkan karena adanya perbedaan letak geografis, administrasi maupun adanya perbedaan sistem pelayanan peraturan dan klasifikasi penyakit sertan cara diagnosos. Sesuai dengan tingginya angka kejadian penyakit di suatu daerah seperti halnya kejadian penyakit Diare, DBD serta ILI yang terjadi di Kabupaten Jeneponto dikarenakan karena kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan sehingga pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kurang di terapkan oleh masyarakat tersebut.
C.  Faktor Pendukung dan Penghambat
1.  Faktor Pendukung
a.         Adanya respon yang positif  dari staf Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto terhadap pelaksanaan kegiatan magang, sehingga membantu mahasiswa mendapatkan data yang dibutuhkan dalam pembuatan  laporan.
b.         Pembimbing lapangan yang sangat baik dan komunikatif membantu mahasiswa jika mengalami kesulitan selama pelaksanaan magang.
2.  Faktor Penghambat
Dalam pelaksanaan kegiatan Survailans penyakit khususnya penyakit Diare Di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto terdapat beberapa masalah yang di hadapi, diantaranya:
1.  Laporan yang diterima baik dari PKM maupun RS kurang lengkap sehingga petugas Survailans Di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto mengalami kesulitan dalam pengolahan analisis data.
2.  Ketetapan laporan yang sering diabaikan baik dari Puskesmas maupun Rumah Sakit.
3.  Petugas Survailans di Puskesmas maupun Rumah Sakit kurang menguasai sistem Komputerisasi.
4.  Tidak adanya data Entri yang khusus dipergunakan pada bagian Survailang di Puskesmas.
5.  Petugas Survailans khususnya Puskesmas biasanya diberi beban lain.
6.  Sistem pelaporan dirumah sakit masih bersifat Manual.
7.  Kurang diberikannya Pembekalan dari Kampus kepada Mahasiswa sehingga Mahasiswa mengalami kesulitan dalam penyusunan laporan.
BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari Hasil Magang Survailans penyakit Di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto sesuai yang kami angkat adalah:
1.  Pelaksanaan Survailans yang dilaksanakan Di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto sudah dilaksanakan dengan cukup baik, mulai dari kegiatan pencacatan, pengumpulan data, Kompilasi Data, pengolahan data, analisis data diseminasi, pelaporan serta Intervensi. Meskipun kegiatan evaluasi belum efektif serta kegiatan pengolahan data yang dilakukan masih sederhana dengan masih adanya yang memakai sistem manual karena kurangnya pengetahuan tentang sistem komputerisasi.
2.  Selama melakukan Magang Di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto selama satu bulan, Mahasiswa banyak mendapatkan pengetahuan dalam hal dunia kerja mengenai konsep keilmuan maupun aplikasi praktisnya.
3.  Mahasiswa telah mampu mengembangkan wawasan dalam hal dunia kerja sehingga dapat meningkatkan adaptasi kepribadian serta sosial kemasyarakatan.
4.      Mahasiswa telah mampu menganalisa masalah kesehatan masyarakat.
5.      Mahasiswa mampu menggali hubungan keterkaitan serta kesepadanan antara perguruan tinggi dengan dunia kerja.
B.   Saran
1.     Pengolahan serta kompilasi data sebaiknya menggunakan sistem komputerisasi  sehingga memudahkan petugas survailans dalam hal pengolahan data.
2.     Perlu dilakukan kegiatan pelatihan bagi petugas Di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto khususnya di Puskesmas dalam bidang Survailans yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dalam hal pencacatan maupun pengolahan Data.
3.     Kepada petugas Survailans Di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto khususnya di Puskesmas agar sekiranya tidak diberi beban kerja lain yang tidak sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
4.     Mengingat masih tingginya angka penderita DBD, Diare dan ILI, maka sangat penting melakukan program penyuluhan (preventif) yang berkesinambungan serta pemberantasan (eradikasi) guna untuk menurunkan serta menekan jumlah dan kuantitas penderita penyakit tersebut.
Referensi:
Bustan, Najib, Pengantar Epidemiologi, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto, Profil Kesehatan Kabupaten Jeneponto Tahun 2008, Jeneponto: 2009.
Laksono T, Identifikasi Kelemahan dalam Pelaksanaan Survailans, WWW.reportsesurvailans. Diakses Januari 2009.
Noor, Nasry, “Epidemiologi”, Makassar; Lephas, 2004.
Noor, Nasry, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar